Arsip Tag: Irul durian

Saya mengenalnya pertama kali 5 tahun yang lalu. Saat itu bersama pekebun buah tin di Yogya, kami mendatangi rumahnya di Dusun Kebonkliwon, Kelurahan Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Bisa dikatakan, sosoknya yang memberi warna pada dusunnya menjadi seperti sekarang ini. Dikenal sebagai sentra bibit buah dan tanaman di seluruh Indonesia.

Ketika saya menghubunginya, Minggu (28/3/2021) yang pertama saya tanyakan bagaimana kabar pohon durian Musang King di rumahnya. Tentu saja ini bercanda. Saya bertanya tentang kondisinya dan keluarganya. Juga bertanya, kapan wawancaranya dengan Andi F Noya di acara Kick Andy akan tayang di Metro TV.

Terakhir saya jumpa darat dengan Muh Khoirul Saleh atau akrab dipanggil Irul ini tiga tahun lalu. Karena lekatnya dia dengan nama dusunnya, laki-laki yanglahir 5 Januari 1975 ini juga dikenal  dengan nama Irul Kebonkliwon.

“Sudah habis. Kemarin juga ada yang duri hitam, koe ra rene,” jawabnya tertawa ketika saya tanya kabar durian Musang King di kebunnya. Setahun lalu, situasi pandemi membuat saya tidak berani kemana-mana. Tiga tahun lalu ia menunjukan pohon durian Musang King yang usianya baru tiga tahun di kebunnya sedang belajar berbuah. Durian khas Malaysia yang karena enaknya dihargai selangit itu, oleh petani-petani Kebonkliwon berhasil diperbanyak dengan mudah.

Saya hakul yakin, bibit-bibit durian yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia itu sebagian berasal dari kampung ini. Petani di Kebonkliwon sangat hebat dalam melakukan okulasi. Okulasi adalah peningkatan kualitas mutu tanaman dengan cara menempelkan kulit pohon dengan mata tunas ke pohon yang lain. Hasilnya, tanaman yang memiliki perpaduan sifat unggul serta cepat berbuah.

Soal kehebatan petani di Kebonkliwon dalam melakukan okulasi itu saya punya cerita. Sekitar lima tahun lalu, demam buah tin atau juga disebut buah ara, ‘kelas ningrat’ alias yang berharga mahal sedang banyak peminatnya. Petani di Kebonkliwon mengimpor batang atau ranting pohon tin yang panjangnya tak lebih dari 10 cm, dengan 3-5 mata tunas. Impornya pun dari negara-negara empat musim di Eropa, misalnya Spanyol.

Tentu saja harganya jutaan rupiah. Sampai di Kebonkliwon, mata tunas yang ada kemudian di tempel di pohon tin kelas ‘jelata’ yang harganya puluhan ribu rupiah. Dan ketika tunas tersebut tumbuh menjadi tanaman baru, maka akan mewarisi gen ‘kelas ningrat’. Harga jualnya juga menjadi berkali lipat dari yang jenis kelas rakyat jelata.

Saya ada guyonan, ibaratnya ada ranting tanaman langka yang patah lantas jatuh di depan orang-orang Kebonkliwon, tidak berapa lama tanaman itu akan menjadi banyak.

“Minimal di sini tiap orang sehari bisa melakukan 200-an okulasi, kalau yang sudah ahli bisa melakukan 500 okulasi setiap hari,” kata Irul waktu itu.

Sekarang, sentra penjualan bibit tanaman tidak lagi hanya di Kebonkliwon saja tapi meluas se-kecamatan Salaman, Magelang. Ini tidak lepas dari sentuhan Irul yang mengenalkan jualan online ke masyarakat Kebonkliwon.

Berawal tahun 2010

Tahun 2010 adalah titik balik kehidupan Irul dalam memulai bisnis tanaman. Waktu itu, Irul merasa hidupnya tidak tenang. Waktunya habis di jalan karena ikut multi level marketing (MLM). Ia pindah haluan dengan mencoba trading forex. Tapi hati suami dari Dewi Eliyana dan ayah Habibul Haq Kadvi, Nayla Bilqis maritza’adah dan Shaqila Almahira Padmasari justru selalu tegang. Hidupnya tidak tenang.

Ketika pulang ke kampung halamannya di Kebonkliwon ia melihat potensi jual beli bibit tanaman yang sudah ada sejak ia kecil. Saat itulah ia berpikir untuk membuka usaha yang memungkinkan ia bisa bertemu dengan anak istrinya setiap hari, sekaligus memberikan ketenangan batin.

Awalnya ia berjualan bibit secara konvensional. Kemudian seorang kawan di Semarang mengenalkannya jualan online melalui media sosial terutama Facebook, Twitter serta melalui blog. Irul membutuhkan waktu 6 bulan sampai kemudian ada yang membeli bibit tanamannya. “Saya ingat, itu bulan November 2010, ada 10 bibit buah yang terjual,” kata Irul.

Irul belajar terus bagaimana agar jualan lewat online bisa efektif. Saat itu, hanya dia di Kebonkliwon yang jualan memanfaatkan media sosial. Pesanan kian laris dari berbagai daerah. Namun, ia juga pernah ditipu oleh pembeli. Sebanyak 10 ribu bibit tanaman tidak dibayar oleh pembeli, yang dibayar ongkos transportasinya saja.

Bermaksud menyelesaikan masalah tersebut, Irul mendatangi rumah pembeli yang ada di luar kota. Namun, ia terkejut karena rumah pembeli bibit tanamannya memprihatinkan. Ia tidak jadi menagih, justru memberikan uang saku untuk anak orang yang menipunya itu.

Melihat potensi jualan online yang menggiurkan, Irul kemudian mengajak anak muda di kampungnya belajar jualan online. Ia melihat anak-anak muda cuma nongkrong di pos ronda. Awalnya sangat sulit. “Mereka lebih suka kerja harian di sawah, karena langsung dapat bayaran, sementara jualan lewat online belum tentu laku,” katanya.

Dengan sabar, Irul membimbing teman-temannya. Ia cuma meminta mereka memotret bibit tanaman. Lewat akun facebooknya, foto bibit buah itu ia tawarkan. Ternyata langsung laku. Mulai dari situ, anak-anak muda di tempat itu tertarik untuk jualan online. Sekarang masih banyak orang-orang di Kebonkliwon yang nongkrong sambil pegang hape. Namun, mereka bukan sedang main game, tapi sedang menawarkan jualannya.

“Sekarang malah sulit cari tenaga di sawah untuk menyiapkan bibit tanaman karena kebanyakan mereka milih jualan online,” kata Irul tertawa. Demam jualan online bibit tanaman itu bukan hanya terjadi di Kebonkliwon, sekarang menjalar ke seluruh Kecamatan Salaman yang terdiri 20 desa. Tiga tahun lalu, Irul mendata, di Kebonkliwon ada 100 orang yang berjualan secara mandiri. Jika digabung dengan dusun-dusun sekitarnya ada 200 penjual. Maka sekarang ia memastikan jumlah orang yang jualan bibit tanaman lewat online berkali lipat.

Para penjual tanaman itu, tidak perlu repot-repot datang ke tempat ekspedisi untuk mengantar tanaman. Justru berbagai jasa ekpedisi yang datang menjemput tanaman yang akan dikirim. Penjual tanaman berasal dari beragam usia. Saya melihat misalnya seorang ibu yang menenteng dua tanaman buah di kedua tangannya membawanya ke tempat packing sekaligus tempat ekspedisi mengambil tanaman.

“Sekarang bahkan ekspedisi datang dengan truk dan mengantar hanya ke satu daerah, misalnya ada truk yang langsung mengantar ke, Jambi, Jawa Barat, Medan, ke satu daerah saja, karena pesanan ke daerah itu memang banyak,” kata Irul. Salah satu kenaikan taraf hidup masyarakat di Kebonkliwon terlihat saat belum pandemi Covid 19. Irul dan teman-temannya banyak menggelar kegiatan yang berhubungan dengan tradisi. Biayanya didapatkan dari gorong royong penjual bibit tanaman di kampungnya.

Coba tanaman vanili dan tanaman padi di paralon

Awal-awal pandemi, Irul sempat membuat heboh karena ia menanam padi dengan metode yang hidroganik , yaitu perpaduan hidroponik dan tanpa bahan kimia, atau organik di atas kolam ikannya. Kolam itu sebenarnya untuk menampung air yang digunakan untuk menyiram berbagai jenis tanaman di sekitar rumahnya. Hasilnya cukup bagus, sehingga banyak mahasiswa yang datang ke rumahnya untuk belajar.

“Saya hanya ingin menunjukan, jangan sampai kita punya lahan itu kosong, tidak bisa dimanfaatkan,” kata Irul.

Saat ini, Irul tengah merintis program penanaman vanili, tanaman menjalar berbentuk polong, berisi biji harum yang dikeringkan sebagai pengharum makanan. Tanaman ini dijuluki juga dengan emas hijau karena harganya yang mahal. Irul berharap di desa-desa warga menanam tanaman ini di lahan kosong dekat rumahnya. Tanaman ini tidak membutuhkan lahan yang luas. Bisa ditanam di samping rumah, depan rumah, belakang rumah bahkan atap rumah.

Di rumahnya ia sedang membuat kebun percontohan. Bekerjasama dengan instansi pertanian di Magelang, ia tengah menanam 100 bibit. Rencananya dari 100 bibit tersebut  akan menghasilkan bibit-bibit yang lebih banyak dan akan dibagikan ke masyarakat di Salaman.

Ia berharap tanaman itu bisa jadi tabungan warga. “Sekilo vanili basah harganya Rp 300 ribu, kalau kering sekilo bisa Rp 6 juta. Orang-orang bisa menanam di kebunnya yang kecil.  Kalau panen bisa tidak langsung dijual, tapi disimpan, kalau butuh uang baru dijual,” kata Irul yang belajar vanili dari temannya di Temanggung. Ia ingin suatu hari, Salaman bisa jadi salah satu sentra vanili.

Negara kuat berawal dari desa

Saya bertanya kepada Irul, sebenarnya dengan segala kesuksesan yang sudah didapat, apa yang masih ia cari. Secara pribadi, Irul merasa sudah cukup dari bisnis bibit tanaman buah maupun tanaman langka yang banyak ia koleksi dari rumahnya. Namun ia melihat sesuatu yang lebih luas, nasib desa ke depan. Ia yakin kekuatan negara itu ada di desa. Jika desa kuat, negara pasti kuat. Jika masyarakat di desa punya pendapatan cukup, maka itu menjadi kekuatan ekonomi nasional. “Saat pandemi datang, desa bisa dikatakan tidak terpengaruh sama sekali karena kebanyakan hidup dari pertanian. Permintaan produk pertanian dan peternakan tidak turun,” katanya.

Karenanya ia punya cita-cita, lahan-lahan kosong di manapun sebaiknya ditanami. Kalau ada yang punya lahan kosong, tanah itu bisa dipasrahkan ke tetangga atau teman untuk diolah sehingga tetap memberikan pendapatan dan bermanfaat.

Ia sendiri sudah memulai dengan mengajak orang-orang yang punya lahan kosong dikerjasamakan dengan sharing profit. Irul dan teman-temanya yang sudah berpengalaman akan menggarap lahan tersebut sehingga bisa memberikan tambahan pendapat kepada pemilik lahan. Saat ini sudah ada beberapa desa yang melakukan kerjasama dengan Irul. Seperti yang ia kemukakan, ia berharap negara kuat karena desa yang siap dan kuat

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan ‘Online’

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan ‘Online’

image

Irul, di kebun buah langka yang ada di sekitar rumahnya. (Agung Purwandono)

Kontak Irul Kebonkliwon 085227632222

SOSOKNYA mengubah wajah Kebonkliwon menjadi sentra bibit tanaman buah yang dikenal bukan hanya di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saja. Setiap bulan ribuan bibit tanaman buah keluar dari dusun ini dibawa oleh jasa logistik ke seluruh pelosok daerah di Indonesia. 

Namanya Muh Khoirul Soleh, orang-orang lebih mengenal laki-laki kelahiran 5 Januari 1975 ini dengang panggilan Mas Irul. Ia dikenal sebagai pelopor jualan bibit tanaman buah secara daring atau online di Dusun Kebunkliwon. 

Ia kemudian membagikan ilmu jualan online kepada orang-orang di kampungnya. Kini di dusun itu dan wilayah sekitarnya, ada ratusan tenaga pemasar yang memanfaatkan media sosial atau media  daring untuk jualan bibit tanaman buah.

Rumah Khoirul Soleh di Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terletak di rimbunnya bibit tanaman buah. Ia juga dikenal sebagai kolektor buah langka. Di depan rumahnya terparkir mobil Fortuner keluaran tahun 2012. 

Di samping belakang rumahnya ada semacam balai kecil yang kerap ia gunakan untuk berkumpul bersama komunitas petani di dusunnya. Tempat itu sekaligus untuk menerima tamu dari berbagai daerah yang ingin mengenal lebih dekat tentang bibit tanaman buah.

Baca Juga :

Saat KRjogja.com datang ke rumahnya Senin, 8 Oktober 2018 ia tengah berbincang ringan dengan sahabatnya yang juga tetangganya, Andy Setyawan (40). Lewat Irul juga Andy mengenal jualan bibit buah secara online

“Dulu awalnya saya gak mau, soalnya pas awal-awal ikut-ikutan posting tapi ra payu-payu (tidak laku-laku). Ya sudah saya saat itu fokus di pembibitan saja. Namun suatu saat laku untuk pertamakalinya, sekarang kalau jualan, laku terus,” kata Andi yang juga masih menekuni pembibitan selain jualan.

 

Irul dan Andy di tengah bibit tanaman buah durian di pekarangan rumahnya. (Agung Purwandono)

Menurut Irul, jika di tahun 2010 hanya dia saja yang jualan bibit buah secara online, kini di Dusun Kebonkliwon ada setidaknya 100 orang yang jualan bibit tanaman buah secara mandiri. Jika digabungkan dengan dusun-dusun di sekitar Kebonkliwon ada sekitar 200an orang yang jualan online.

Tahun lalu, misalnya ia bersama komunitas petani bibit memungut  Rp 1.000 untuk setiap packing atau pak tanaman. Iuran tersebut digunakan untuk kegiatan komunitas petani bibit buah di Kebonkliwon. 

Setiap bulan rata-rata terkumpul Rp 1 juta – Rp 1,5 juta, artinya dalam sebulan ada sekitar 1.000-2.000 packing tanaman yang keluar dari Kebonkliwon. Jika satu packing rata-rata 4 pohon buah maka dalam sebulan rata-rata 4000-8000 tanaman buah yang keluar dari Kebonkliwon. 

Jumlah tersebut belum termasuk tanaman buah yang dikirim tidak menggunakan jasa logistik atau ekspedisi yang mengharuskan pengepakan. Biasanya jika pesanan dalam jumlah banyak, petani akan mengantarnya sendiri menggunakan truk. “Ini barusan dari Palembang pesan 3.000 bibit durian, barusan transfer minta dikirim bulan depan,” kata Irul menunjukan SMS dari calon pembelinya di luar pulau.

Awalnya Hanya Karena Ingin Dekat Keluarga 

Tahun 2010 adalah awal Irul mulai merintis jualan bibit tanaman. Keputusannya fokus pada jual beli bibit tanaman khususnya buah, diawali pemikiran sederhana. “Saya ingin tinggal di rumah, bisa melihat anak istri,” kata suami dari Dewi Eriyana (37).

Pemikirannya tersebut berawal dari pengalaman sebelumnya. Irul bercerita, ia pernah ikut Multi Level Marketing (MLM).  Namun, ia merasa hidupnya habis di jalan. Pengalaman dipenjualan langsung tersebut mengajarinya  tentang marketing, juga mendidik mentalnya menjadi kuat, berani mangambil keputusan dan pantang menyerah. 

Ia kemudian beralih ke trading forex, namun aktivitas barunya itu membuatnya selalu tegang. Pikirannya tidak tenang berbisnis jual beli mata uang asing tersebut. 

Setelah meninggalkan semua bisnisnya tersebut Irul melihat ada peluang di bibit tanaman di kampungnya,  Kebonkliwon. Sejak kecil, Kebonkliwon memang dikenal sebagai penyedia bibit tanaman terutama buah-buahan. 

Awalnya Irul jualan bibit buah dengan cara konvensional. Setelah seorang kawan di Semarang mengenalkan jualan online, Irul mencoba online marketing tersebut. Platform media sosial saat itu ia manfaatkan untuk jualan mulai dari facebook, twitter dan blog. 

“Pertama jualan online tidak langsung laku, nunggu 6 bulan baru ada yang beli. Saya masih ingat pertama tanaman saya laku itu bulan November 2011, ada 10 tanaman buah,” kata Irul. Jualan bibit tanaman secara online ternyata membuka pintu rezeki bagi Irul. Setelah itu pesanan datang terus menerus. 

Meski demikian, jatuh bangun juga pernah dirasakannya. Ia pernah ditipu orang yang membeli 10 ribu bibit tanaman, namun hanya dibayar ongkos transportasinya. Saat Irul datang ke rumah orang tersebut, kondisi rumah orang itu membuatnya iba. Dirinya tidak jadi menagih, justru memberikan uang saku untuk anak orang yang menipunya itu. 

“Saya ambil hikmahnya saja, justru setelah kena tipu semakin banyak orang yang membeli bibit ke saya,” ujarnya. Selain kena tipu, awal ia mengirim ke luar pulau, banyak bibit yang mati. Itu karena Irul tidak tahu cara packing yang benar. Salah satu pembeli kemudian mengajarinya bagaimana mengirim tanaman agar tidak rusak. 

Jasa Ekspedisi Jadi Ujung Tombak 

Jasa pengepakan atau packing sebelum diangkut jasa logistik tumbuh di Dusun Kebonkliwon. (Agung Purwandono)

Setelah merasakan keuntungan jualan online, Irul merasa harus berbuat sesuatu untuk tempat kelahirannya. Ia kemudian mengajak petani bibit tanaman untuk jualan online agar menjangkau pembeli yang lebih luas, namun ajakan tersebut ditanggapi dingin. Ia kemudian melihat banyak anak muda yang nongkrong tanpa aktivitas yang jelas. 

“Saya jelaskan modalnya cuma handphone dan internet, tapi juga tidak ditanggapi,” kata Irul. Baru setelah ia menunjukan hasilnya, anak-anak muda mulai tergerak melakukan hal yang sama. 

Menurut Irul, sekarang jika melihat ada orang nongkrong sambil mainan handphone di pos kamling ke Kebonkliwon, jangan berburuk sangka dulu. Bisa saja mereka tengah jualan bibit tanaman secara online

Irul tidak mengarang cerita tentang ratusan penduduk dusun Kebonkliwon dan dusun-dusun sekitarnya  yang jualan bibit buah-buahan. “Ini kan hari Senin, sebentar lagi mobil-mobil ekspedisi (jasa logistik) mulai berdatangan,” kata Andy Setiawan di sela obrolan. 

Irul membenarkan bahwa saat ini jasa logistik jemput bola ke dua tempat packing yang ada di Dusun Kebonkliwon. Bahkan beberapa diantaranya langsung datang dari Yogyakarta. 

“Jasa logistik itu ujung tombak kami, bisnis kami kan bisnis kepercayaan, kalau tanaman diantar tidak tepat waktu sampai pelanggan, kami yang repot. Makanya kalau mereka datang kesini sama-sama diuntungkan,” kata Irul.

Artikel Terkait : 

JNE Raih 2 Penghargaan dalam ASEAN Marketing Summit 2018

Menurut Irul ada lebih dari 7 jasa logistik yang lalulalang di Dusun Kebonkliwon. Mereka bahkan berlomba-lomba untuk menarik pelanggan, termasuk ada yang membuat undian berhadiah seperti televisi dan smartphone. Setiap jasa ekspedisi punya karakter berbeda-beda yang sudah dihafal oleh penjual bibit tanaman di Kebonkliwon. 

Kesejahteraan Masyarakat Meningkat

Menurut Irul seiring dengan semakin larisnya jualan online ternyata memberi multiplier effect yang berdampak bagus bagi perekenomian warga di Kebonkliwon. Sejak warga menggeluti jualan online geliat ekonomi di Dusun Kebonkliwon tumbuh. Ketika permintaan atas bibit tanaman buah semakin banyak, Irul semakin kewalahan untuk membuat packing tanaman. Ia kemudian mengajak tetangganya Muhammad Afif (43) yang tukang kayu untuk membuat packing tanaman. 

“Dulu pernah dengan paralon, tapi tidak kuat kemudian kardus sampai kemudian dengan kayu,” kata Afif di sela-sela melayani pengepakan tanaman di rumahnya. Terlihat beberapa packing bertuliskan alamat pemesan seperti Timika, Papua juga Batu Kajang, sebuah Desa di Kalimantan Timur. 

Setiap bulan rata-rata Afif mengerjakan hingga 500 pak tanaman ke luar daerah. Ada 5 pekerja yang membantu usahanya, itu belum termasuk pekerja tambahan jika pesanan sedang banyak. 

Afif tahu betul perjuangan Irul saat memulai jualan online hingga kemudian Kebonkliwon dikenal sebagai sentra tanaman buah-buahan. Saat itu, bahkan jasa logistik belum masuk ke Kebonkliwon, berbeda dengan sekarang yang sekitar 7 jasa logistik antri mengambil tanaman ke Kebonkliwon. 

Bagi Afif sendiri, sosok Irul adalah orang yang berjasa untuk keluarganya. Sekarang setiap hari selalu ada orderan untuk membuat packing. Ia dan istrinya bahkan sudah bisa mendaftar naik haji, hasil dari jasa pembuatan packing tanaman. 

Salah satu yang juga merasakan jasa Irul adalah Nur Kajoran (47) yang ditemui KRjogja.com tengah menenteng beberapa bibit tanaman buah ke tempat jasa packing milik Muhammad Afif. Awalnya Nur melihat Irul tengah mainan HP di pos kamling. “Saat itu saya mbatin, orang kok kerjaannya mainan HP tapi kok uangnya banyak,” kata Nur tertawa. 

Namun saat itu ia belum tahu jika orang-orang yang sedang “nongkrong” mainan HP itu sebenarnya sedang jualan. Ia baru tergerak jualan online tahun 2014 ketika ia terdesak kebutuhan ekonomi saat anaknya akan ikut study tour. “Setelah tanaman buah pertama yang saya tawarkan laku, selanjutnya lancar. Salah satu hasilnya itu,” kata Nur menunjuk sebuah mobil berwarna putih yang parkir di pinggir jalan.

Peningkatan taraf hidup juga dirasakan Muh Cholil (42), tetangga Irul yang semula juga membuka usaha tukang kayu. Kini ia beralih fokus pembuatan packing tanaman. “Kalau pesanan lagi ramai, biasanya saya tambah pekerja,” kata Cholil yang ketika ditemui tengah sibuk menyiapkan packingan untuk dikirim ke Sambas Kalimantan Barat, Jakarta dan Bandung. 

Di tempatnya jasa logistik biasanya datang sore sekitar pukul 16.00. Hampir tiap hari, Cholil tidak pernah libur untuk mengerjakan pesanan packing tanaman. Hal itu berawal dari sekitar 3 tahun lalu saat ia diminta Irul untuk membuat packingan untuk paket tanaman. Sekarang bukan hanya Irul, tapi orang-orang yang jualan online juga pesan ke tempatnya.

Diakui Cholil, hasil dari membuat packing tanaman lebih bisa dirasakan daripada saat ia masih membuat daun pintu atau jendela. Hal itu karena lebih mudah serta pesanan packing langsung dibayar begitu selesai. 

“Kalau pesan pintu atau jendela kan biasanya disemayani tidak langsung bayar, tapi kalau packing itukan pungyar, rampung dibayar (selesai dibayar)” kata Cholil yang berkat jasa pembuatan packing kini ia bisa membuka warung kecil-kecilan di rumahnya. 

Zainal Faizin (31) pemilik usaha Pembibitan Pangestu Tani di Kebunkliwon mengatakan dirinya termasuk satu dari 10 orang yang belajar pertamakali tentang jualan online dari mas Irul. Tahun ini ia menargetkan bisa menjual 10 ribu bibit tanaman buah, khususnya durian kaki tiga. 

“Targetnya bertahap mas, sampai bulan ini sudah ada 3000 yang terjual,” kata Zainal Faiz yang selain jualan online juga melakukan pembibitan tanaman buah. Untuk tenaga okulasi ada 5 orang, tenaga ahli okulasi 2 orang. Ia juga melibatkan ibu-ibu untuk tenaga oper polybag dan mencabuti rumput. 

Menurut Faiz, setelah masuk di online marketing hasilnya memang terasa. Tahun 2014 ia bisa membeli pickup yang ia gunakan untuk distribusi bibit tanaman. Tahun berikutnya dia bisa mengontrak lahan yang lebih luas untuk pembibitan tanaman buah, khususnya durian kaki tiga. Tahun ini ia bisa memperbaiki rumah dengan membuat limasan.

“Kami bercita-cita bisa menjadikan Kebonkliwon sebagai Desa Wisata Agroculture,” kata Faiz yang mengaku cinta budaya ini. Meningkatnya tingkat ekonomi warga dari jualan online juga mendorong anak-anak muda mendirikan Komunitas Bibit Buah Kebonkliwon. 

Selain itu berbagai kegiatan budaya maupun religi digelar dengan motornya adalah Karang Taruna Tunas Muda Kebonkliwon. Beberapa diantara kegiatan yang sudah digelar antara lain Festival Kebonkliwon di tahun 2016, Kompetisi Mancing Kebonkliwon, dan yang belum lama ini digelar adalah  Festival Rebana se-Kabupaten Magelang. 

“Dalam setiap kegiatan kami selalu menyertakan pameran bibit buah unik dan langka, bazar, juga pembagian bibit,” kata Faiz. Ditambahkannya, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Kebonkliwon tak lepas dari meningkatkan taraf ekonomi di Kebonkliwon karena bisnis bibit tanaman buah. 

Keberhasilan Irul yang menularkan jualan bibit tanaman khususnya tanaman buah secara online juga memberikan dampak ekonomi lainnya selain makin banyaknya orang yang jualan online dan jasa packing. 

Setiap hari selalu ada yang memesan packing untuk diambil jasa logistik (Agung Purwandono)

Jasa Okulasi Laris

Saat ini, para petani bibit tanaman buah agak kesulitan mencari tenaga okulasi (cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata dari batang atas pada suatu irisan pada kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman baru).

Petani bahkan harus inden untuk menggunakan jasa orang menempel atau menyambung tanaman ini. Tenaga okulasi tidak sempat menganggur karena pasti banyak permintaan. 

Di Kebonkliwon setidaknya ada 30-50 orang yang memiliki kemampuan okulasi. Jika pesanan banyak kadang harus mencari tenaga dari  luar. Rata-rata setiap orang mampu melakukan okulasi hingga 250 batang setiap hari. 

“Rata-rata mereka mendapat upah antara Rp 70 ribu – Rp 80 ribu setiap hari. Itu belum termasuk makan dan uang rokok,” kata Irul. Bahkan untuk menarik jasa tukang okulasi ini kadang kala pemesan memberi iming-iming fasilitas yang lebih. Misalnya makanan enak. 

Harga Sewa Lahan Meningkat

Bukan hanya itu saja, geliat ekonomi juga terasa dari sisi lahan yang digunakan untuk bibit tanaman buah. Dulu untuk menyewa tanah seukuran 1.000 meter persegi modal yang dikeluarkan cukup Rp 1 juta – 1,5 juta. Sekarang pemilik lahan mematok antara Rp 2 – 2,5 juta per 1000 meter persegi untuk masa sewa satu tahun. “Mereka mintanya harga segitu, kalau ndak mau, mereka beralasan akan menanami sendiri,” kata Irul.

Tak Lagi Dikendalikan Tengkulak

Salah satu kebahagiaan yang dirasakan Irul adalah petani-petani bibit tanaman dan buah di Kebonkliwon tidak lagi dikendalikan lagi oleh tengkulak. Justru sekarang yang terjadi sebaliknya. 

“Dulu saat belum marak jualan online, petani disini dikendalikan oleh tengkulak. Musim kemarau seperti ini mereka biasanya memberikan modal ke petani-petani, tapi pas musim hujan mereka akan membeli bibit dengan harga yang sangat murah kepada petani,” ujar Irul. 

Sekarand kondisinya justru terbalik, petani bibit yang menentukan harga sehingga tidak dikendalikan tengkulak. Para petani beralasan jika tengkulak tidak mau membeli, mereka bisa menjualnya sendiri.

Cita-cita Irul Ingin Dirikan Yayasan untuk Petani Bibit Buah di Kebonkliwon

Khoirul Soleh masih memiliki cita-cita yang ingin ia wujudkan untuk petani-petani bibit di Kebonkliwon. “Saya sering keliling daerah, kadang melihat banyak lahan yang masih kosong, eman-eman. Saya berpikir kalau lahan itu dimanfaatkan untuk menanam buah, bisa menyejahterakan masyarakat,” kata Irul.

Cita-cita itu adalah mendirikan Yayasan Peduli Alam yang menjadi penghubung antara petani bibit tanaman buah di Kebonkliwon dengan pemerintah atau perusahaan dan dengan pemilik lahan yang kosong. “Misalnya pemerintah ada tanah kosong, petani di Kebonkliwon akan menyediakan bibit buah, nanti pengelolaanya di serahkan ke pemuda atau karang taruna,” kata Irul. 

Seperti dikemukakan oleh Irul sebelumnya, jasa logistik menjadi ujung tombak dalam jualan online yang dilakukan oleh masyarakat di Kebonkliwon dan sekitarnya. Head Regional JNE Jateng DIY Marsudi mengatakan, JNE memiliki komitmen  dalam mendistribusikan produk pertanian berupa bibit, pupuk, hasil panen dan produk lainnya terkait pertanian. 

“JNE membantu masyarakat untuk pengiriman produk pertanian sesuai dengan syarat standar pengiriman JNE,” kata Marsudi yang juga pernah menjadi Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) DIY selama dua periode.

Menurut Marsudi, segala bentuk pengiriman benda hidup baik tanaman maupun binatang (ikan) harus disertai surat karantina yang dikeluarkan Balai Karantina Pertanian dibawah Kementrian Pertanian dan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Perikanan dan Kelautan sebagai pihak yang memiliki otoritas. 

“Dalam proses pengiriman JNE melakukan penangan khusus untuk pengiriman benda hidup seperti packing ulang dan bagging terpisah agar kiriman benda hidup dalam keadaan aman sampai tujuan,” ujar Marsudi. (Agung Purwandono)