MAGELANG (KRjogja.com) – Setidaknya 80 petani buah tin dari Yogyakarta dan Jawa Tengah berkumpul di Kebonkliwon, Kebonrejo, Salaman Kabupaten Magelang. Selain melakukan syawalan mereka membahas tentang prospek buah tin atau buah ara di masa mendatang.
Acara syawalan diisi dengan testimoni perwakilan petani buah tin. Acara utama diisi praktik perbanyakan buah tin dengan cara okulasi dan sambung pucuk yang diisi oleh Asep Sofiandi (30) salah seorang petani buah tin dari Kebonkliwon.
“Sekitar 5 tahun yang lalu saya mengira buah tin hanya akan menjadi trend sesaat, namun seiring berjalannya waktu ternyata dari sisi ekonomi banyak potensi buah tin yang belum tergarap, ” kata Muh Khoirul Soleh petani bibit buah-buahan di Kebonkliwon, Salaman Magelang saat menceritakan pengalamannya, Minggu (24/07/2016).
Melihat potensi yang masih sangat luas, Muh Khoirul Soleh atau yang akrab dipanggil Irul ini membuat komunitas petani buah tin di Kebunkliwon yang dinamakan Kebunkliwon Figs.
Syawalan itu sendiri dihadiri petani buah tin dari berbagai daerah seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, Demak, Cirebon dan lainnya. Agus Hidayat Prayudha (56) dari Cirebon mengatakan, ia berharap ke depan harga bibit buah tin semakin terjangkau. Hal ini agar semakin banyak masyarakat yang mengenal dan menanam pohon yang memiliki banyak manfaat kesehatan.
Acara diakhiri dengan lelang berbagai bibit tin seperti Panache, Negrone, Blue Giant dan dipuncaki lelang jenis Martinenca Rimada. (Apw)
SM/ MH Habib Shaleh – TUMBUH BESAR : Muh Khoirul Soleh memperlihatkan buah Mamey Sapote yang mulai tumbuh besar di halaman rumahnya.
Persaingan berat dalam bisnis pembibitan dan penjualan tanaman buah tak membuat Muh Khoirul Soleh gentar. Kondisi ini justru membuat Irul, panggilan Khoirul, berinovasi dengan mengembangkan pembibitan tanaman langka.
IRUL mengembangkan tanaman- tanaman buah langka dari luar negeri, misalnya mamey sapote, sawo raksasa asal Meksiko. Buah mamey sapote berukuran besar, sekitar 1-2 kg, berkulit kasar cokelat, berbentuk bulat panjang, dan saat dibelah daging berwarna merah.
Buah ini memiliki rasa manis dan berair sehingga disukai. Karena langka, buah ini diburu orang sehingga harganya pun relatif mahal. Ada banyak jenis mamey sapote, di antaranya keywest, magana, esp, pace, akil, havana, dan lorito.
Bersama Gubernur AKMIL
Mamey sapote ditanam Irul di sekitar pekarangan rumah. Bibit yang ia jual merupakan hasil cangkok mamey sapotedi pekarangan tersebut. Lelaki bertubuh tinggi kurus ini juga mengembangkan puluhan jenis tanaman lain, sebut saja zaitun, juwet, black sapote, jaboticaba, plum australia, pir dataran rendah, tin ficus carica, dan lainnya.
Menurut Irul, buah tin banyak juga penggemarnya. Hal ini karena buah asal Asia Barat itu memiliki banyak manfaat seperti menyembuhkan hipertensi, menurunkan kolesterol, mencegah kanker, obat sakit tenggorokan, obat jerawat, membuat badan segar, peluruh batu ginjal, memperlancar ASI, dan lainnya.
”Saya punya banyak jenis buah tin seperti green jordan, blue giant, red israel, panace, dan alma canada. Kami memang menjual tanaman langka yang tidak ada di tempat lain namun dicari orang,” kata alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang tersebut.
Ide ini diawali banyaknya pelaku bisnis pembibitan tanaman di wilayah Kecamatan Salaman. Ya wilayah Salaman, Kabupaten Magelang selama ini memang terkenal sebagai sentra penjualan bibit tanaman buah dan tanaman keras.
Mulai bibit jati mas, sengon laut, jabon, kelengkeng, rambutan, mangga, sawo, durian, dan aneka buah tanaman lain, tersedia di Kecamatan Salaman. Masyarakat yang tinggal di desadesa di sepanjang pinggir jalan Magelang-Purworejo banyak menjajakan tanaman di pekarangan rumah mereka. Banyak juga pelaku bisnis skala besar di kawasan tersebut.
”Jika saya membuat dan menjual bibit tanaman seperti mereka tentu saya akan kalah bersaing. Saya memilih berinovasi dengan membuat tambulampot dan mengembangkan pembibitan tanaman langka,” kata Irul, warga Dusun Kebonliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman. Lokasi kampung Kebonkliwon cukup jauh dari jalan raya.
Untuk mencapai Kebonkliwon, harus melewati jalan kampung sekitar 2 km dengan kondisi jalan aspal berkelok-kelok. Lelaki kelahiran Magelang 5 Januari 1975 tersebut mengawali karir sebagai pelaku bisnis multi level marketing (MLM), kemudian menjadi sales sepeda motor, asuransi, trading dan akhirnya fokus mengembangkan pembibitan tanaman langka.
Ia mengaku mampu mereguk ratusan juta rupiah dari penjualan aneka bibit tanaman. Disebutkan, pasar tanaman langka tidak terlalu besar mengingat harganya yang relatif mahal. Namun setiap bulan ia mampu mengirimkan tanaman langka ke berbagai daerah di Indonesia. Penghasilan terbesar Irul diperoleh dari penjualan tanaman buah dan tanaman keras. ”Bulan ini saya kirim 800 bibit durian musang king ke Batam, 70 bibit ke Manado, seribu bibit ke Karawang, dan 1.500 ke Palembang.
Sekarang saya sedang membidik pasar di Bima dan Makassar,” kata dia. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kemampuan Irul untuk belajar dari pengalaman hidup yang sulit. Ia pun belajar untuk selalu bekerja keras, tak mudah menyerah, selalu berinovasi dan mencari pembeda dibanding pelaku bisnis pembibitan tanaman yang lain.
Jika awalnya Irul menjual bibit tanaman langka seorang diri, kini ada ratusan pelaku pembibitan dan penjualan bibit tanaman di Kebonkliwon. Mereka semua menjajakan bibit melalui toko online.
Untuk mewadahi ratusan petani dan pedagang online bibit tanaman tersebut, Irul membentuk paguyuban Komunitas Bibit Buah Kebonkliwon. Komunitas ini menjadi wadah silaturahmi, edukasi dan pengembangan usaha pembibitan tanaman. ”Karena pelaku semakin banyak, mereka bersaing harga. Namun dengan adanya komunitas, masalah dan perselisihan bisa kami cegah dan kami salurkan menjadi keunggulan Kebonkliwon. Komunitas ini menjadi wadah belajar sesama anggota dan masyarakat,” kata dia.
”Dulu saya modal usaha dengan pinjam bank, namun ludes karena bibit tanaman mati terkena abu vulkanik Gunung Merapi 2010. Saya tidak menyerah dan terus berupaya keras. Saya selalu berupaya menambah koleksi bibit dan mengembangkan tanaman baru yang belum ada di Indonesia.” (MH Habib Shaleh-39)
Agrobisnis mulai disenangi petani, terutama petani muda. Tak sedikit yang terjun ke usaha ini. Mereka mulai merambah dengan memasarkan memanfaatkan media dalam jaringan (online). Kendati begitu, tapi tak sedikit pula yang menemui masalah yang bisa memicu putus asa.
Bersama Bu Atiqoh Istri Bpk Gubernur Ganjar Pranowo
Petani muda bernama Muh Khoirul Soleh adalah salah seorang yang pernah tak tenang hidupnya karena ikut trading forex. Pernah mengalami kerugian besar saat 10.000 bibit tanaman tak dibayar oleh pemesannya.
Kesuksesannya dimulai saat mulai mengakrabi dunia maya untuk menjual bibit tanaman. Soal bibit tanaman buah, nama Muh Khoirul Soleh (41) atau akrab dipanggil Irul bukanlah nama yang asing di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Ia dikenal juga sebagai kolektor bibit buah langka dan unggul. Sakin banyaknya ia sendiri sampai lupa jumlahnya. Petani bibit buah-buahan yang tinggal di Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman ini dikenal sebagai petani yang tak pelit berbagi ilmu. Ia mendorong petani-petani muda untuk akrab dengan teknologi informasi khususnya dalam hal pemasaran bibit buah-buahan.
“Tahun 2010, saya mulai menjual bibit buah-buahan secara online, awalnya tidak ada yang laku, tapi terus didorong oleh salah seorang teman dari Semarang saat itu,” kata Irul seperti dilansir KRjogja.com di sela acara syawalan Petani Buah Ting Jateng-DIY, Minggu (24/07/2016).
Tak menunggu lama, ia yang semula berjualan dengan cara konvensional mulai memetik hasilnya. Pesanan bibit buah-buah mulai berdatangan apakah melalui facebook, twitter, dan blog yang ia buat. Keputusannya fokus pada jual beli bibit tanaman khususnya buah sendiri diawali pemikiran sederhana.
“Saya ingin tinggal di rumah, bisa melihat anak istri,” katanya. Awalnya ia ikut Multi Level Marketing Irul merasa hidupnya habis dijalan. Ia sendiri mengambil hikmah dari kegagalannya di MLM, mulai dari belajar marketing, mendidik mentalnya menjadi kuat, berani mangambil keputusan dan pantang menyerah.
Ia kemudian beralih ke trading forex, namun aktivitas barunya itu membuat ia selalu tegang. Setelah meninggalkan semua bisnisnya tersebut Irul memilih berjualan bibit. Kebonrejo sejak dirinya kecil memang dikenal sebagai penyedia bibit tanaman terutama buah-buahan.
Petani bibit awalnya menanam bibit langsung ditanah. Baru setelah laku, bibit tersebut dipindah ke pot. Adanya polybag mengubah kebiasaan petani dengan langsung menanamnya disitu. Diajari Pembeli Irul menceritakan salah satu pembeli pertamanya setelah memasarkan melalui media online datang dari Medan.
Ia belum punya pengalaman mengirim bibit ke luar kota apalagi luar pulau. Pelanggan itulah yang kemudian mengajari dia untuk menggunakan jasa kirim.
“Tapi ternyata packing saya salah, saya belajar lagi bagaimana packing yang baik untuk keluar pulau. Banyaknya pesananan membuat saya kewalahan sehingga sekarang packing saya serahkan ke tetangga disini,” kata Irul ayah dari dua putra ini.
Pengalaman jual beli bibit secara online bukannya tanpa kendala. Ia pernah mengirimkan 10.000 bibit tanaman ke sebuah daerah, karena percaya, Irul saat itu langsung mengirimkan bibit pesanan. Nyatanya ia cuma dibayar ongkos transportasi.
“Saya ambil hikmahnya, saat saya datang ke rumah pembeli untuk menagih, justru saya iba, karena rumahnya masih gedhek, berlantai tanah. Saya tidak jadi menagih, malah saya sangoni anaknya. Tapi setelah kejadian itu saya dapat gantinya karena mendapat pesanan yang tidak kalah banyaknya,” katanya.
Kemudahan yang diberikan dalam berbisnis secara online mendorong Irul untuk mengajak petani-petani bibit di wilayah Kebonrejo. Namun ajakan mengakrabi teknologi informasi itu ditanggapi dingin.
Mereka lebih memilih cara konvensional menunggu pembeli datang. Ia kemudian mendekati anak-anak muda di kampungnya untuk menjual secara online. Ia jelaskan modalnya cuma handphone dan internet.
Namun tanggapan tidak jauh berbeda juga didapatnya. Pelan-pelan ajakannya tersebut ditanggapi anak muda di kampungnya setelah ditunjukan hasilnya.
“Sekarang justru sulit untuk cari anak muda yang mau untuk membuat bibit di sawah, mereka rata-rata lebih suka memasarkan saja melalui online,” ujarnya tertawa.
Bagaimana tidak menguntungkan, sekali posting di facebook misalnya, bila laku satu saja, jumlah keuntungannya 3 kali lebih besar dibanding upah sehari menjadi buruh tani.
Dengan brand bibit buah-buahan unggul, Irul saat ini setidaknya melibatkan 15 orang tenaga kerja, mulai dari petani, packing. Jumlah tersebut belum termasuk mitranya yang memasarkan bibit buah darinya yang ada di berbagai kota.
Kepada petani-petani muda lain, ia juga mengajarkan etika dalam berbisnis di media online. Bagaimanapun berbisnis melalui media online adalah kepercayaan. Jangan sampai pelanggan merasa kecewa.
Irul mengatakan kebahagiaan terbesar dari menekuni pertanian khususnya bibit buah-buahan bukanlah materi yang ia dapat. Namun bagaimana semakin banyak anak muda yang tertarik di pertanian, meski itu dari sisi pemasarannya.
Ia melihat di kampungnya anak muda tidak lagi nongkrong tanpa pekerjaan. Kalaupun mereka nongkrong karena sedang menjual bibit buah melalui handphonenya.
Lebih dari itu ia seperti mendapatkan keluarga-keluarga baru. Zainal Faiz (29) pemilik usaha Pembibitan Pangestu Tani mengakui, sosok Irul menjadi motivator bagi anak-anak muda di Kebonrejo dan Kebonkliwon khususnya. Ia melihat, Irul tidak lelah untuk mendorong anak-anak muda untuk belajar memasarkan produk pertanian melalui online.
“Saya sendiri awalnya adalah seorang guru honorer yang sudah bekerja 8 tahun atau sejak masih kuliah. Sekarang saya sudah bisa memproduksi ribuan bibit buah-buahan. Kesuksesan mas Irul mendorong anak muda untuk terjun di dunia pertanian,” kata Zainal Faiz yang selain menjual bibit buah-buahan seperti durian dan kelengkeng juga tengah mengebunkan buah ara atau pohon tin di daerah Ketep Magelang. (kkc)
SOSOKNYA mengubah wajah Kebonkliwon menjadi sentra bibit tanaman buah yang dikenal bukan hanya di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saja. Setiap bulan ribuan bibit tanaman buah keluar dari dusun ini dibawa oleh jasa logistik ke seluruh pelosok daerah di Indonesia.
Namanya Muh Khoirul Soleh, orang-orang lebih mengenal laki-laki kelahiran 5 Januari 1975 ini dengang panggilan Mas Irul. Ia dikenal sebagai pelopor jualan bibit tanaman buah secara daring atau online di Dusun Kebunkliwon.
Ia kemudian membagikan ilmu jualan online kepada orang-orang di kampungnya. Kini di dusun itu dan wilayah sekitarnya, ada ratusan tenaga pemasar yang memanfaatkan media sosial atau media daring untuk jualan bibit tanaman buah.
Rumah Khoirul Soleh di Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terletak di rimbunnya bibit tanaman buah. Ia juga dikenal sebagai kolektor buah langka. Di depan rumahnya terparkir mobil Fortuner keluaran tahun 2012.
Di samping belakang rumahnya ada semacam balai kecil yang kerap ia gunakan untuk berkumpul bersama komunitas petani di dusunnya. Tempat itu sekaligus untuk menerima tamu dari berbagai daerah yang ingin mengenal lebih dekat tentang bibit tanaman buah.
Baca Juga :
Saat KRjogja.com datang ke rumahnya Senin, 8 Oktober 2018 ia tengah berbincang ringan dengan sahabatnya yang juga tetangganya, Andy Setyawan (40). Lewat Irul juga Andy mengenal jualan bibit buah secara online.
“Dulu awalnya saya gak mau, soalnya pas awal-awal ikut-ikutan posting tapi ra payu-payu (tidak laku-laku). Ya sudah saya saat itu fokus di pembibitan saja. Namun suatu saat laku untuk pertamakalinya, sekarang kalau jualan, laku terus,” kata Andi yang juga masih menekuni pembibitan selain jualan.
Irul dan Andy di tengah bibit tanaman buah durian di pekarangan rumahnya. (Agung Purwandono)
Menurut Irul, jika di tahun 2010 hanya dia saja yang jualan bibit buah secara online, kini di Dusun Kebonkliwon ada setidaknya 100 orang yang jualan bibit tanaman buah secara mandiri. Jika digabungkan dengan dusun-dusun di sekitar Kebonkliwon ada sekitar 200an orang yang jualan online.
Tahun lalu, misalnya ia bersama komunitas petani bibit memungut Rp 1.000 untuk setiap packing atau pak tanaman. Iuran tersebut digunakan untuk kegiatan komunitas petani bibit buah di Kebonkliwon.
Setiap bulan rata-rata terkumpul Rp 1 juta – Rp 1,5 juta, artinya dalam sebulan ada sekitar 1.000-2.000 packing tanaman yang keluar dari Kebonkliwon. Jika satu packing rata-rata 4 pohon buah maka dalam sebulan rata-rata 4000-8000 tanaman buah yang keluar dari Kebonkliwon.
Jumlah tersebut belum termasuk tanaman buah yang dikirim tidak menggunakan jasa logistik atau ekspedisi yang mengharuskan pengepakan. Biasanya jika pesanan dalam jumlah banyak, petani akan mengantarnya sendiri menggunakan truk. “Ini barusan dari Palembang pesan 3.000 bibit durian, barusan transfer minta dikirim bulan depan,” kata Irul menunjukan SMS dari calon pembelinya di luar pulau.
Awalnya Hanya Karena Ingin Dekat Keluarga
Tahun 2010 adalah awal Irul mulai merintis jualan bibit tanaman. Keputusannya fokus pada jual beli bibit tanaman khususnya buah, diawali pemikiran sederhana. “Saya ingin tinggal di rumah, bisa melihat anak istri,” kata suami dari Dewi Eriyana (37).
Pemikirannya tersebut berawal dari pengalaman sebelumnya. Irul bercerita, ia pernah ikut Multi Level Marketing (MLM). Namun, ia merasa hidupnya habis di jalan. Pengalaman dipenjualan langsung tersebut mengajarinya tentang marketing, juga mendidik mentalnya menjadi kuat, berani mangambil keputusan dan pantang menyerah.
Ia kemudian beralih ke trading forex, namun aktivitas barunya itu membuatnya selalu tegang. Pikirannya tidak tenang berbisnis jual beli mata uang asing tersebut.
Setelah meninggalkan semua bisnisnya tersebut Irul melihat ada peluang di bibit tanaman di kampungnya, Kebonkliwon. Sejak kecil, Kebonkliwon memang dikenal sebagai penyedia bibit tanaman terutama buah-buahan.
Awalnya Irul jualan bibit buah dengan cara konvensional. Setelah seorang kawan di Semarang mengenalkan jualan online, Irul mencoba online marketing tersebut. Platform media sosial saat itu ia manfaatkan untuk jualan mulai dari facebook, twitter dan blog.
“Pertama jualan online tidak langsung laku, nunggu 6 bulan baru ada yang beli. Saya masih ingat pertama tanaman saya laku itu bulan November 2011, ada 10 tanaman buah,” kata Irul. Jualan bibit tanaman secara online ternyata membuka pintu rezeki bagi Irul. Setelah itu pesanan datang terus menerus.
Meski demikian, jatuh bangun juga pernah dirasakannya. Ia pernah ditipu orang yang membeli 10 ribu bibit tanaman, namun hanya dibayar ongkos transportasinya. Saat Irul datang ke rumah orang tersebut, kondisi rumah orang itu membuatnya iba. Dirinya tidak jadi menagih, justru memberikan uang saku untuk anak orang yang menipunya itu.
“Saya ambil hikmahnya saja, justru setelah kena tipu semakin banyak orang yang membeli bibit ke saya,” ujarnya. Selain kena tipu, awal ia mengirim ke luar pulau, banyak bibit yang mati. Itu karena Irul tidak tahu cara packing yang benar. Salah satu pembeli kemudian mengajarinya bagaimana mengirim tanaman agar tidak rusak.
Jasa Ekspedisi Jadi Ujung Tombak
Jasa pengepakan atau packing sebelum diangkut jasa logistik tumbuh di Dusun Kebonkliwon. (Agung Purwandono)
Setelah merasakan keuntungan jualan online, Irul merasa harus berbuat sesuatu untuk tempat kelahirannya. Ia kemudian mengajak petani bibit tanaman untuk jualan online agar menjangkau pembeli yang lebih luas, namun ajakan tersebut ditanggapi dingin. Ia kemudian melihat banyak anak muda yang nongkrong tanpa aktivitas yang jelas.
“Saya jelaskan modalnya cuma handphone dan internet, tapi juga tidak ditanggapi,” kata Irul. Baru setelah ia menunjukan hasilnya, anak-anak muda mulai tergerak melakukan hal yang sama.
Menurut Irul, sekarang jika melihat ada orang nongkrong sambil mainan handphone di pos kamling ke Kebonkliwon, jangan berburuk sangka dulu. Bisa saja mereka tengah jualan bibit tanaman secara online.
Irul tidak mengarang cerita tentang ratusan penduduk dusun Kebonkliwon dan dusun-dusun sekitarnya yang jualan bibit buah-buahan. “Ini kan hari Senin, sebentar lagi mobil-mobil ekspedisi (jasa logistik) mulai berdatangan,” kata Andy Setiawan di sela obrolan.
Irul membenarkan bahwa saat ini jasa logistik jemput bola ke dua tempat packing yang ada di Dusun Kebonkliwon. Bahkan beberapa diantaranya langsung datang dari Yogyakarta.
“Jasa logistik itu ujung tombak kami, bisnis kami kan bisnis kepercayaan, kalau tanaman diantar tidak tepat waktu sampai pelanggan, kami yang repot. Makanya kalau mereka datang kesini sama-sama diuntungkan,” kata Irul.
Menurut Irul ada lebih dari 7 jasa logistik yang lalulalang di Dusun Kebonkliwon. Mereka bahkan berlomba-lomba untuk menarik pelanggan, termasuk ada yang membuat undian berhadiah seperti televisi dan smartphone. Setiap jasa ekspedisi punya karakter berbeda-beda yang sudah dihafal oleh penjual bibit tanaman di Kebonkliwon.
Kesejahteraan Masyarakat Meningkat
Menurut Irul seiring dengan semakin larisnya jualan online ternyata memberi multiplier effect yang berdampak bagus bagi perekenomian warga di Kebonkliwon. Sejak warga menggeluti jualan online geliat ekonomi di Dusun Kebonkliwon tumbuh. Ketika permintaan atas bibit tanaman buah semakin banyak, Irul semakin kewalahan untuk membuat packing tanaman. Ia kemudian mengajak tetangganya Muhammad Afif (43) yang tukang kayu untuk membuat packing tanaman.
“Dulu pernah dengan paralon, tapi tidak kuat kemudian kardus sampai kemudian dengan kayu,” kata Afif di sela-sela melayani pengepakan tanaman di rumahnya. Terlihat beberapa packing bertuliskan alamat pemesan seperti Timika, Papua juga Batu Kajang, sebuah Desa di Kalimantan Timur.
Setiap bulan rata-rata Afif mengerjakan hingga 500 pak tanaman ke luar daerah. Ada 5 pekerja yang membantu usahanya, itu belum termasuk pekerja tambahan jika pesanan sedang banyak.
Afif tahu betul perjuangan Irul saat memulai jualan online hingga kemudian Kebonkliwon dikenal sebagai sentra tanaman buah-buahan. Saat itu, bahkan jasa logistik belum masuk ke Kebonkliwon, berbeda dengan sekarang yang sekitar 7 jasa logistik antri mengambil tanaman ke Kebonkliwon.
Bagi Afif sendiri, sosok Irul adalah orang yang berjasa untuk keluarganya. Sekarang setiap hari selalu ada orderan untuk membuat packing. Ia dan istrinya bahkan sudah bisa mendaftar naik haji, hasil dari jasa pembuatan packing tanaman.
Salah satu yang juga merasakan jasa Irul adalah Nur Kajoran (47) yang ditemui KRjogja.com tengah menenteng beberapa bibit tanaman buah ke tempat jasa packing milik Muhammad Afif. Awalnya Nur melihat Irul tengah mainan HP di pos kamling. “Saat itu saya mbatin, orang kok kerjaannya mainan HP tapi kok uangnya banyak,” kata Nur tertawa.
Namun saat itu ia belum tahu jika orang-orang yang sedang “nongkrong” mainan HP itu sebenarnya sedang jualan. Ia baru tergerak jualan online tahun 2014 ketika ia terdesak kebutuhan ekonomi saat anaknya akan ikut study tour. “Setelah tanaman buah pertama yang saya tawarkan laku, selanjutnya lancar. Salah satu hasilnya itu,” kata Nur menunjuk sebuah mobil berwarna putih yang parkir di pinggir jalan.
Peningkatan taraf hidup juga dirasakan Muh Cholil (42), tetangga Irul yang semula juga membuka usaha tukang kayu. Kini ia beralih fokus pembuatan packing tanaman. “Kalau pesanan lagi ramai, biasanya saya tambah pekerja,” kata Cholil yang ketika ditemui tengah sibuk menyiapkan packingan untuk dikirim ke Sambas Kalimantan Barat, Jakarta dan Bandung.
Di tempatnya jasa logistik biasanya datang sore sekitar pukul 16.00. Hampir tiap hari, Cholil tidak pernah libur untuk mengerjakan pesanan packing tanaman. Hal itu berawal dari sekitar 3 tahun lalu saat ia diminta Irul untuk membuat packingan untuk paket tanaman. Sekarang bukan hanya Irul, tapi orang-orang yang jualan online juga pesan ke tempatnya.
Diakui Cholil, hasil dari membuat packing tanaman lebih bisa dirasakan daripada saat ia masih membuat daun pintu atau jendela. Hal itu karena lebih mudah serta pesanan packing langsung dibayar begitu selesai.
“Kalau pesan pintu atau jendela kan biasanya disemayani tidak langsung bayar, tapi kalau packing itukan pungyar, rampung dibayar (selesai dibayar)” kata Cholil yang berkat jasa pembuatan packing kini ia bisa membuka warung kecil-kecilan di rumahnya.
Zainal Faizin (31) pemilik usaha Pembibitan Pangestu Tani di Kebunkliwon mengatakan dirinya termasuk satu dari 10 orang yang belajar pertamakali tentang jualan online dari mas Irul. Tahun ini ia menargetkan bisa menjual 10 ribu bibit tanaman buah, khususnya durian kaki tiga.
“Targetnya bertahap mas, sampai bulan ini sudah ada 3000 yang terjual,” kata Zainal Faiz yang selain jualan online juga melakukan pembibitan tanaman buah. Untuk tenaga okulasi ada 5 orang, tenaga ahli okulasi 2 orang. Ia juga melibatkan ibu-ibu untuk tenaga oper polybag dan mencabuti rumput.
Menurut Faiz, setelah masuk di online marketing hasilnya memang terasa. Tahun 2014 ia bisa membeli pickup yang ia gunakan untuk distribusi bibit tanaman. Tahun berikutnya dia bisa mengontrak lahan yang lebih luas untuk pembibitan tanaman buah, khususnya durian kaki tiga. Tahun ini ia bisa memperbaiki rumah dengan membuat limasan.
“Kami bercita-cita bisa menjadikan Kebonkliwon sebagai Desa Wisata Agroculture,” kata Faiz yang mengaku cinta budaya ini. Meningkatnya tingkat ekonomi warga dari jualan online juga mendorong anak-anak muda mendirikan Komunitas Bibit Buah Kebonkliwon.
Selain itu berbagai kegiatan budaya maupun religi digelar dengan motornya adalah Karang Taruna Tunas Muda Kebonkliwon. Beberapa diantara kegiatan yang sudah digelar antara lain Festival Kebonkliwon di tahun 2016, Kompetisi Mancing Kebonkliwon, dan yang belum lama ini digelar adalah Festival Rebana se-Kabupaten Magelang.
“Dalam setiap kegiatan kami selalu menyertakan pameran bibit buah unik dan langka, bazar, juga pembagian bibit,” kata Faiz. Ditambahkannya, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Kebonkliwon tak lepas dari meningkatkan taraf ekonomi di Kebonkliwon karena bisnis bibit tanaman buah.
Keberhasilan Irul yang menularkan jualan bibit tanaman khususnya tanaman buah secara online juga memberikan dampak ekonomi lainnya selain makin banyaknya orang yang jualan online dan jasa packing.
Setiap hari selalu ada yang memesan packing untuk diambil jasa logistik (Agung Purwandono)
Jasa Okulasi Laris
Saat ini, para petani bibit tanaman buah agak kesulitan mencari tenaga okulasi (cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata dari batang atas pada suatu irisan pada kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman baru).
Petani bahkan harus inden untuk menggunakan jasa orang menempel atau menyambung tanaman ini. Tenaga okulasi tidak sempat menganggur karena pasti banyak permintaan.
Di Kebonkliwon setidaknya ada 30-50 orang yang memiliki kemampuan okulasi. Jika pesanan banyak kadang harus mencari tenaga dari luar. Rata-rata setiap orang mampu melakukan okulasi hingga 250 batang setiap hari.
“Rata-rata mereka mendapat upah antara Rp 70 ribu – Rp 80 ribu setiap hari. Itu belum termasuk makan dan uang rokok,” kata Irul. Bahkan untuk menarik jasa tukang okulasi ini kadang kala pemesan memberi iming-iming fasilitas yang lebih. Misalnya makanan enak.
Harga Sewa Lahan Meningkat
Bukan hanya itu saja, geliat ekonomi juga terasa dari sisi lahan yang digunakan untuk bibit tanaman buah. Dulu untuk menyewa tanah seukuran 1.000 meter persegi modal yang dikeluarkan cukup Rp 1 juta – 1,5 juta. Sekarang pemilik lahan mematok antara Rp 2 – 2,5 juta per 1000 meter persegi untuk masa sewa satu tahun. “Mereka mintanya harga segitu, kalau ndak mau, mereka beralasan akan menanami sendiri,” kata Irul.
Tak Lagi Dikendalikan Tengkulak
Salah satu kebahagiaan yang dirasakan Irul adalah petani-petani bibit tanaman dan buah di Kebonkliwon tidak lagi dikendalikan lagi oleh tengkulak. Justru sekarang yang terjadi sebaliknya.
“Dulu saat belum marak jualan online, petani disini dikendalikan oleh tengkulak. Musim kemarau seperti ini mereka biasanya memberikan modal ke petani-petani, tapi pas musim hujan mereka akan membeli bibit dengan harga yang sangat murah kepada petani,” ujar Irul.
Sekarand kondisinya justru terbalik, petani bibit yang menentukan harga sehingga tidak dikendalikan tengkulak. Para petani beralasan jika tengkulak tidak mau membeli, mereka bisa menjualnya sendiri.
Cita-cita Irul Ingin Dirikan Yayasan untuk Petani Bibit Buah di Kebonkliwon
Khoirul Soleh masih memiliki cita-cita yang ingin ia wujudkan untuk petani-petani bibit di Kebonkliwon. “Saya sering keliling daerah, kadang melihat banyak lahan yang masih kosong, eman-eman. Saya berpikir kalau lahan itu dimanfaatkan untuk menanam buah, bisa menyejahterakan masyarakat,” kata Irul.
Cita-cita itu adalah mendirikan Yayasan Peduli Alam yang menjadi penghubung antara petani bibit tanaman buah di Kebonkliwon dengan pemerintah atau perusahaan dan dengan pemilik lahan yang kosong. “Misalnya pemerintah ada tanah kosong, petani di Kebonkliwon akan menyediakan bibit buah, nanti pengelolaanya di serahkan ke pemuda atau karang taruna,” kata Irul.
Seperti dikemukakan oleh Irul sebelumnya, jasa logistik menjadi ujung tombak dalam jualan online yang dilakukan oleh masyarakat di Kebonkliwon dan sekitarnya. Head Regional JNE Jateng DIY Marsudi mengatakan, JNE memiliki komitmen dalam mendistribusikan produk pertanian berupa bibit, pupuk, hasil panen dan produk lainnya terkait pertanian.
“JNE membantu masyarakat untuk pengiriman produk pertanian sesuai dengan syarat standar pengiriman JNE,” kata Marsudi yang juga pernah menjadi Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) DIY selama dua periode.
Menurut Marsudi, segala bentuk pengiriman benda hidup baik tanaman maupun binatang (ikan) harus disertai surat karantina yang dikeluarkan Balai Karantina Pertanian dibawah Kementrian Pertanian dan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Perikanan dan Kelautan sebagai pihak yang memiliki otoritas.
“Dalam proses pengiriman JNE melakukan penangan khusus untuk pengiriman benda hidup seperti packing ulang dan bagging terpisah agar kiriman benda hidup dalam keadaan aman sampai tujuan,” ujar Marsudi. (Agung Purwandono)
Irul kebonkliwon adalah panggilannya nama lengkap Muh Khoirul Soleh yang berasal dari Kebonkliwon sebagai praktisi pertanian tanaman buah sepesialis di durian