HIGDROGANIK, SOLUISI MENANAM PADI DI LAHAN TERBATAS

Wahyu HidayatKomoditas

BERITAMAGELANG.ID – Dengan lahan terbatas, seorang warga di Kabupaten Magelang sukses menanam padi di atas kolam ikan. Metode menanam padi unik menggunakan media peralon itu dikenal dengan sebutan higdroganik yang dapat menjadi solusi ketahanan pangan keluarga.
Ia adalah Muh Khoirul Soleh yang biasa disapa Irul warga Kebonkliwon RT 09/RW 06, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
Pria berusia 46 tahun ini menanam padi dengan hidroganik di atas kolam ikan di samping rumahnya. Kolam ikan tersebut berukuran 19 x 5 meter, sedangkan media hidroganik yang digunakan ukuran 6 x 12 meter. 
“Menanam padi hidroganik karena masih menggunakan media kompos dan sekam bakar, tidak seperti hidpronik. Kalau hidroponik murni air, ibaratnya di situ ada media semai,”Â� kata Irul saat ditemui, Senin (8/6/2020). 
Irul bercerita, awalnya hanya coba-coba setelah melihat di media  menanam padi dengan hidroganik tumbuh. Kemudian, hasil panennya menurut informasi bisa empat kali lipat dari konvensional (menanam padi di sawah). 
Untuk itu, ia mencoba dengan apa yang dimilikinya. Salah satunya memiliki kolam yang biasanya airnya digunakan untuk menyiram bibit tanaman. 
“Kolam itu biasanya saya gunakan untuk menyiram bibit, terus di atasnya nggak ada apa-apanya. Kolam saya kasih ikan, saya coba alternatif pakai itu (menanam padi) siapa tahu bisa menopang ketahanan pangan minimal keluarga,”tutur Irul yang alumni Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang, itu. 
Adapun media tanam tersebut menghabiskan 24 peralon. Untuk padi yang ditaman ada dua jenis yakni IR 64 yang berusia 1 bulan lebih 10 hari dan satunya jenis padi merah putih yang berusia 1 bulan. Untuk jarak tanam 25 cm dan air peralon menyala terus menerus. 
Keuntungan dengan model ini, kata Irul, kontinuitasnya lebih banyak. Untuk menanam padi secara konvensional, dua sampai tiga kali maksimal ditanami dalam setahun. Kemudian dengan media ini nantinya bisa lima kali jika dimaksimalkan. 
“Kenapa bisa lima kali, karena seketika umur sudah 70 hari, saya sudah bikin semai. Begitu panen langsung dimasukan lagi nggak usah ngluku (membajak), nggak usah macul (mencangkul). Jadi ada hemat  20 hari, terpangkas 20 hari, saya punya bibit lagi,” katanya. 
Selama menanam padi dengan model hidroganik, katanya, gulma maupun hama cuman walang, wereng dan burung emprit. Untuk gulma tidak ada karena media tanamnya kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3:1. 
Irul menyebutkan, untuk membuat media tanam ini totalnya menghabiskan sekitar Rp7 juta. Hal tersebut untuk membeli peralon ukuran 4 inch, baja ringan dan cup menanam bibit padi. 
Sekalipun baru mencoba menanam padi dengan hidroganik, Irul mengaku, sejauh ini sudah ada yang memesan untuk dibuatkan media tanam tersebut. Pesanan tersebut datang dari Bogor, Jawa Barat. 
“Mereka tahu dari facebook saya. Saya belajar autodidak, langsung dipratekkan langsung. Pesanan dari Bogor dengan ukuran 10 x 10 meter dua tempat. Setelah lockdown lepas, kemungkinan kita langsung ke sana,”Â� ujarnya seraya menyebut di kolam ada ikan nila.
Menyinggung sirkulasi air, kata dia, setiap hari air menyala terus. Ia memakai pompa akuarium yang mengambil dari kolam terus disalurkan menuju semua peralon. Nantinya, air akan sampai ujung peralon dan masuk kembali ke kolam dengan air yang sudah bersih. 
Menanam model ini, katanya, cocok bagi mereka yang tidak memiliki lahan, juga lokasi yang susah air. Jika yang air susah bisa membuat kolam dengan terpal, diisikan ikan maupun lele, nantinya di atasnya digunakan untuk menanam padi.
“Kotoran ikan tersaring di akar padi. Nanti air yang keluar dari peralon itu tambah bersih,” tutur Irul yang juga penjual berbagai bibit tanaman buah-buahan. 

Bisa Dicontoh, Menanam Padi Tanpa Harus di Sawah dengan Metode Hidroganik

Eko Susanto – detikNews

Muh Khoirul Soleh yang menaman padi dengan hidroganik di atas kolam ikan miliknya di Magelang, Senin (8/6/2020).

Muh Khoirul Soleh yang menaman padi dengan hidroganik di atas kolam ikan miliknya di Magelang, Senin (8/6/2020). (Foto: Eko Susanto/detikcom) Magelang 

Seorang warga Magelang, Muh Khoirul Soleh (46) memanfaatkan ruang kosong di atas kolam ikan untuk menanam padi. Metode tanam dengan media paralon tersebut dikenal dengan istilah hidroganik.

Pria yang disapa Irul ini menanam padi dengan hidroganik di atas kolam ikan nila yang berada di samping rumahnya, Kebonkliwon RT 09/RW 06, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Kolam ikan tersebut berukuran 19×5 m, sedangkan media hidroganik yang dipakai ukuran 6×12 meter.

“Menanam padi hidroganik karena masih menggunakan media kompos dan sekam bakar, tidak seperti hidpronik. Kalau hidroponik murni air, ibaratnya di situ ada media semai,” kata Irul saat ditemui, Senin (8/6/2020).

Irul bercerita, awalnya dia hanya coba-coba setelah melihat di media tentang hidroganik. Dia tertarik karena hasil panen disebut bisa empat kali lipat dari metode konvensional atau menanam padi di sawah.

Akhirnya, Irul mencoba menanam padi dengan hidroganik dengan memanfaatkan kolam ikan di rumahnya.

“Saya kan punya kolam. Kolam itu biasanya saya gunakan untuk menyiram bibit, terus di atasnya nggak ada apa-apanya. Kolam saya kasih ikan, saya coba alternatif pakai itu (menanam padi) siapa tahu bisa menopang ketahanan pangan minimal keluarga,” tutur Irul.

Muh Khoirul Soleh yang menaman padi dengan hidroganik di atas kolam ikan miliknya di Magelang, Senin (8/6/2020).

Muh Khoirul Soleh yang menaman padi dengan hidroganik di atas kolam ikan miliknya di Magelang, Senin (8/6/2020). Foto: Eko Susanto/detikcom

Alumnus Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang itu menghabiskan 24 paralon sebagai media tanam padi. Untuk padi yang ditanam ada dua jenis yakni IR 64 yang berusia 1 bulan lebih 10 hari dan jenis padi merah putih yang berusia 1 bulan. Untuk jarak tanam 25 cm dan air paralon menyala terus-menerus.

Keuntungan dengan model ini, kata Irul, kontinuitasnya lebih banyak. Untuk menanam padi secara konvensional, dua sampai tiga kali maksimal ditanami dalam setahun. Sedangkan dengan hidroganik bisa lima kali jika dimaksimalkan.

“Kontinuitasnya lebih banyak, kalau konvensional kan paling dua sampai tiga kali maksimal satu tahun. Di situ, saya maksimalkan bisa lima kali. Kenapa bisa lima kali, karena seketika umur sudah 70 hari, saya sudah bikin semai. Begitu panen langsung dimasukkan lagi nggak usah ngluku (membajak), nggak usah macul (mencangkul). Jadi ada hemat 20 hari, terpangkas 20 hari, saya punya bibit lagi,” katanya.

Selama menanam padi dengan hidroganik, katanya, hama yang menyerang adalah walang, wereng dan burung emprit. Untuk gulma tidak ada karena media tanamnya cuma kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3 banding 1.

“Ini bisa dibilang organik. Penyemprotan pakai organik. Media tanam cuma kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3 banding 1. Untuk penyemprotan dengan empon-empon dan lain-lainnya,” tutur Irul.

Irul menyebutkan, untuk membuat media tanam ini total dia menghabiskan dana sekitar Rp 7 juta, yakni untuk membeli paralon ukuran 4 inci, baja ringan dan cup menanam bibit padi.

Sekalipun baru mencoba menanam padi dengan hidroganik, Irul mengaku sejauh ini sudah ada yang memesan untuk dibuatkan media tanam tersebut. Pesanan tersebut datang dari Bogor, Jawa Barat.

“Ini sudah ada pesanan dari Bogor untuk dibuatkan. Mereka tahu dari Facebook saya. Saya belajar autodidak, langsung dipraktikkan langsung. Pesanan dari Bogor dengan ukuran 10×10 meter dua tempat. Setelah lockdown lepas, kemungkinan kita langsung ke sana,” ujarnya.

Menyinggung sirkulasi air, kata dia, setiap hari air menyala terus. Ia memakai pompa akuarium yang mengambil dari kolam terus disalurkan menuju semua paralon. Nantinya, air akan sampai ujung paralon dan masuk kembali ke kolam dengan air yang sudah bersih.

“Kotoran ikan tersaring di akar padi. Nanti air yang keluar dari paralon itu tambah bersih,” tutur Irul.

Menanam model ini, katanya, cocok bagi mereka yang tidak memiliki lahan dan lokasi yang susah air. Bisa membuat kolam ikan dengan terpal, nantinya di atasnya digunakan untuk menanam padi.

Inspirasi Siang Dari Warta Kusuma 

Inspirasi Dari Warta Kusuma tentang Irul Kebonkliwon

Kontak Irul Kebonkliwon 085227632222

Inspirasi siang
Siapa bilang petani itu kampungan dan ketinggalan jaman. Laki laki satu ini contoh nya . bertempat tinggal di Kebonkliwon, Kebonrejo, Salaman, Magelang, Jawa Tengah.
Sosok Irul Kebonkliwon ini, petani kampung juga, yang sejak dahulu akrab dengan tanaman buah semuanya mulai durian, kelengkeng , mangga, dll . beliau ini juga berkebun tin.
Gambar yang saya paparkan semoga menjadikan kita ingin tambah mengenal sosok beliau. Pribadi yang tidak banyak omong ini ternyata telah menikmati manisnya hasil berkebun tin. Rumahnya yang lumayan cakep, mobil plat merah dan koleksi andalannya sebagai atm hidup.

Koleksi


Bapak Irul Kebonkliwon, adalah teman mas Sobikhan Nursery teman pak Irdiansyah teman saya Warta Kusuma dll. Beliau juga senior juga dalam berkebun tin.
Saatnya tes matematika, jika pak Irul adalah petani kampung, ia hendak menjual 10 tin martinenca remada fress cangkoknya ke pasar . dengan harga satu cangkokan nya 2 juta, berapa yang didapatkan pak Irul sebagai petani kampung ?

Indukan pohon tin
Fres cangkok

Coba murid murid semua, masih soal matematika.
Pak Irul punya kebun tin bermacam macam jenis, dengan rata rata harga 100 ribu per pot hidup sudah mapan, sedang dikebun pak Irul ada ratusan pohon tin bermacam macam. Berapa jumlah aset pak Irul yang siap di jual jika mau butuh duwet….
Udah, tak usah iri. Semua itu udah ditakar dan dijatah robb kita. Kita hanya berusaha Alloh yang menentukan. Tapi tanpa usaha kita tak akan dapat apa apa, menanam tin tidak sulit. Sudah banyak gurunya Qing PI Tin Nursery Sulis Kbt Surabaya Bambang Murdianto Bondak Altazani Mahendra Putra Putra Garuda Div Garden Yusuf Mojofig Tamam Muslih Nambi Sanse Sonny Harsono Oei Bayu Buce Reza Agung orang Jawa Timur 
Jawa Tengah Saifudin Haffa Joko Supriyanto Kebun Hijau warta kusuma Amin Mustofa Abdul Rosyid irdiansyah Dwi Cahyo om fai Rosita Asp Rahmiyati Mia salamun almousa dll
Jawa barat Asep Bezo adit Saung Hejo Ciseeng kebun tin cikarang karawang juga banyak hanya karena kebodohan dan sempitnya pengetahuan penulis.
Beretani tin coba menjadi solusi cari penghasilan tambahan dengan cara gampang dan asyik, sebagai mana slogan kita fig for fun. Udah asyik banyak teman

Mengenal Muh Khoirul Soleh, Sahabat Petani dari Salaman Magelang

Mengenal Muh Khoirul Soleh, Sahabat Petani dari Salaman Magelang

Penulis Timotius Aprianto 

Muh Khoirul Soleh, sahabat petani dari Kebonkliwon Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang

Semarang, Idola 92.6 FM-Mengenal Muh Khoirul Soleh (45), sahabat petani dari Kebonkliwon Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Khoirul menekuni budidaya dan penjualan bibit tanaman sudah hampir satu decade. Kini dia  mengusahakan dua hektar kebun bibit di enam lokasi berbeda. Sebanyak 5.000 meter persegi adalah kebun miliknya. Sisanya milik petani lain yang menjadi mitra.

Khoirul membudidayakan ratusan jenis bibit tanaman mulai tanaman buah-buahan hingga tanaman herbal seperti binahong, purwaceng, dan sambungnyowo. Tidak hanya bermitra dengan para petani, Khoirul juga memberi modal kerja untuk bertani terutama kepada warga yang menganggur atau memiliki pendapatan rendah.

Khoirul juga memberikan pelatihan formal di rumahnya hingga obrolan langsung ataupun melalui telpon. Kadang ia dipanggil ke beberapa daerah untuk memberikan pelatihan. Hasilnya tak sia-sia. Ia bisa menjual bibit tanaman dari 500-1.000 bibit tanaman per bulan. Selain itu, ia bisa menjual ranting dan biji tanaman ke pasar Malaysia.

Selengkapnya, mengenai sosok dan kiprahnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang dengan Muh Khoirul Soleh, sahabat petani dari Kebonkliwon Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. (her)

https://anchor.fm/radio-idola/episodes/wawancara-bersama-M-Khoirul-Soleh–sahabat-petani-dari-Desa-Kebonrejo-Kecamatan-Salaman-Kabupaten-Magelang-egvtne

Muh Khoirul Soleh, Warga Salaman yang Berkibar dengan Bibit Tanaman

Muh Khoirul Soleh, Warga Kebonkliwon, Kebonrejo Salaman yang Berkibar dengan Bibit Tanaman

KOMPAS/REGINA RUKMORINI—Muh Khoirul Soleh, warga Kebonkliwon Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang berhasil mengembagkan bisnis bibit tanaman.

Muh Khoirul Soleh, warga Kebonkliwon Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengembangkan bisnis bibit yang diikuti 1.500 warga di sekitarnya.

Hampir satu dekade Muh Khoirul Soleh (45) menekuni budidaya dan penjualan bibit tanaman. Ia tidak ingin berkibar sendirian. Ia ajak warga di sekitar kampungnya untuk meniru jalannya.

Khoirul yang tinggal di Kebonkliwon Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kini mengusahakan dua hektar kebun bibit di enam lokasi berbeda. Sebanyak 5.000 meter persegi adalah kebun miliknya. Sisanya milik petani lain yang menjadi mitra.

Di kebun-kebun itulah, Khoirul membudidayakan ratusan jenis bibit  tanaman mulai tanaman buah-buahan seperti srikaya, apel, dan klengkeng; tanaman hias;  hingga tanaman herbal seperti  binahong, sambungnyowo, dan purwaceng.

Sejauh ini, ia telah bermitra dengan para petani di Kecamatan Salaman. Selanjutnya, ia akan bermitra dengan dua hingga tiga petani di Kecamatan Tempuran. Dalam kemitraan itu, Khoirul memberi modal kerja untuk bertani terutama kepada warga yang menganggur atau memiliki pendapatan rendah.

Tidak berhenti di situ, ia juga mengajari teknik budidaya tanaman yang baik dan cara menjualnya secara daring untuk menghindari jerat  tengkulak. Pengetahuan tidak hanya ia berikan kepada mitra, melainkan kepada siapapun yang berminat. Caranya lewat pelatihan formal di rumahnya hingga  obrolan langsung maupun melalui telepon. Paling banyak petani belajar teknik  okulasi, cangkok, hingga pembuatan pupuk.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO—Bibit padi jenis IR64 dan Merah Putih yang dikembangkan Muh Khoirul pada pipa paralon di atas kolam ikan. Kotoran ikan pada air yang dialirkan ke dalam pipa tersebut bermanfaat sebagai pupuk alami tanaman yang dibudidayakan. Sistem bercocok tanam tersebut bermanfaat membantu masyarakat dengan lahan terbatas tetap dapat mengolah tanaman budidaya. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Kadang ia dipanggil ke beberapa daerah untuk memberikan pelatihan, termasuk melatih personel TNI dan pekerja di perkebunan durian di Pekanbaru.   “Kadang saya mendapatkan honor besar dari ekspektasi, kadang saya jadi tenaga PPL (penyuluh pertanian lapangan) gratisan,” ujarnya sembari terkekeh.

Laki-laki kelahiran Magelang itu tidak peduli aktivitasnya membagi ilmu kepada mitra maupun petani lain akan menghasilkan pesaing bagi usahanya. “Dalam hidup, manusia itu harus bisa berguna untuk manusia lainnya,” katanya.

Ia justru senang jika petani yang ia bina bisa berkibar sebagai pengusaha mandiri. Oleh karena itu, dalam kemitraan yang ia bangun, ia membebaskan petani mitra untuk mengambil keputusan. “Jika nantinya mereka menemukan pasar dan mampu menjual produknya sendiri, saya mempersilakan mereka untuk mandiri, menjalankan usahanya sendiri tanpa bermitra lagi,” ujarnya.

Ia berharap, petani mitra yang telah mandiri itu bisa menjadi contoh dan diikuti petani lain. Harapannya ternyata tidak menemui ruang kosong, Mulai tetangga dan warga beda kampung terjun ke bisnis pembibitan tanaman dan menjualnya secara daring. Dulu di Kecamatan Salaman hanya ada 100-an warga yang menjual bibit secara konvensional. Kini, ada sekitar  1.500 warga yang berjualan bibit secara daring seperti yang dilakukan Khoirul.

Bangkit
Sebelum menekuni bisnis budidaya bibit tanaman, Khoirul terlibat dalam bisnis  multi level marketing (MLM) pada 2003-2008. Lantaran jenuh, ia meninggalkan MLM dan bekerja di sebuah perusahaan otomotif. Di perusahaan itu ia hanya tahan tiga bulan. Selanjutnya ia berbinis bambu dan bawang hingga 2010.

KOMPAS/REGINA RUKMORINI—M Khoirul Soleh muoai mengembangkan pertanian padi dengan sistem hidroganik.

Ia juga merintis budidaya sengon. Namun, erupsi besar Gunung Merapi pada 2010 menghancurkan 100.000 bibit sengon yang ia tanam. Ia mengalami rugi cukup besar.

Di tengah kondisi sulit, ia terinspirasi kisah sukses seseorang yang tidak lulus kuliah namun mampu menjalankan usaha otomotif dan properti. Khoirul kembali bersemangat menjalankan usaha.

Karena tidak ada modal dan pengetahuan budidaya bibit tanaman, ia memulai langkah dengan menjadi pedagang bibit. Ia membeli bibit kepada petani dan menjualnya secara daring. Saat itu, sebagian besar petani menjual bibit tanaman kepada tengkulak. “Modal saya hanya telepon seluler. Saya melihat-lihat tanaman yang menarik untuk dijual, memotretnya, dan menawarkannya untuk dijual,” ujarnya.

Delapan bukan kemudian, cara berjualan bibit tanaman secara daring yang dilakukan Khoirul mulai menarik pembeli dari jauh. Ia berhasil menjual 10 bibit tanaman ke Medan, Sumatera Utara. Penjualan pertama itu  membuka jalan untuk penjualan-penjualan berikutnya.

Ia semakin rajin memborong bibit tanaman yang dibudidayakan warga untuk dijual kembali. Ia dikenal selalu membeli bibit sesuai harga yang diminta petani dan menjualnya  sesuai harga di pasaran di tempat domisili pembeli. Dengan cara itu, hubungan dengan petani dan pembeli menjadi baik.

Seiring banyaknya permintaan bibit, muncul pula pertanyaan dari konsumen seputar cara perawatan tanaman. Khoirul yang saat itu belum mengerti budidaya bibit, tak bisa menjawab.  “Kepada pembeli, saya mengaku  hanya tenaga marketing penjualan tanaman. Namun, agar pembeli tidak kecewa, saya selalu  berusaha mencari jawaban dengan cara bertanya kepada pakar, petani  yang ahli, internet, dan komunitas,”  ujarnya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO—Muh Khoirul Soleh (46) mengambil tanaman padi yang dibudidayakan dengan sistem hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (10/6/2020). Padi jenis IR64 dan Merah Putih yang saat ini berumur 1 bulan 10 hari tersebut ditanam pada pipa paralon di atas kolam ikan. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Dari proses mencari jawaban itu, Khoirul sekaligus belajar membudidayakan bibit aneka tanaman hingga mahir seperti sekarang. Ia juga mengembangkan teknik promosi tidak hanya lewat media sosial, tapi  situs. Dari situ, ia bisa menggenjot penjualan hingga 500-1.000 bibit tanaman per bulam. Selain itu, ia bisa menjual ranting dan biji tanaman ke pasar Malaysia.

Setelah tiga tahun menjadi pedagang, Khoirul memutuskan mengembangkan budidaya tanaman sendiri. Awalnya, ia memanfaatkan halaman rumah, kemudian membangun kemitraan dengan petani lain. Hingga kini, ia masih terus membuat terobosan. Ia, misalnya, mulai mengembangkan budidaya padi di pipa pralon dengan sistem hidroganik. Ia juga mengembangkan bibir tanaman langka yang jarang dijual oleh petani lain.

Kesuksesan Khoirul menarik minat banyak teman dan tetangganya  untuk mencoba menekui usaha sendiri. “Ketika ada teman bekerja di sektor formal mengeluh kesulitan ekonomi lantaran  gaji yang tidak mencukupi, saya selalu bilang bahwa solusi dari masalah mereka adalah keluar kerja dan merintis usaha sendiri,” ujarnya.

Mengacu pada pengalamannya sendiri, ia  menyarankan teman-temannya untuk menempuh pemasaran secara daring. Beberapa di antara mereka telah sukses dengan usaha masing-masing.

M Khoirul Soleh

Lahir: Magelang, 5 Januari 1975

Istri: Dewi Eliana (39)

Anak:
Habibul Haq Kadfi (12)
Naila Bilqis Maritsaada (5)
Saqila Almahira Padmasari (2)

Pendidikan terakhir: S1 Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang

Oleh  REGINA RUKMORINI

Editor:  BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 29 Juni 2020

DESA MASA DEPAN INDONESIA

DESA MASA DEPAN INDONESIA MUH KHOIRUL SOLEH

Tayang, Minggu, 11 April 2021, PKL 19.05 WIB

Kick Andy Show

Perkembangan teknologi mengubah pandangan orang tentang desa. Sekarang orang mulai ingin tinggal di desa, karena dengan tinggal di desa masih tetap terus berkarya. Desa juga menawarkan kehidupan yang lebih sehat dengan air, udara dan lingkungan yang masih terjaga. Saat ini, desa menawarkan banyak kesempatan bagi siapa saja dan hal ini mungkin tidak ditemui pada masa lalu. Dengan kesempatan yang ada banyak orang yang terus berkarya bagi desa dan warganya. Mereka mampu mengubah wajah desa menjadi lebih baik dan membawa kesejahteraan bersama.

Pada tahun 2010, Muh Khoirul Soleh yang akrab dipanggil Irul merintis usaha penjualan bibit buah secara online. Warga Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah ini melihat potensi di desanya yang dikenal sebagai penghasil bibit buah. Usaha bibit buah di Kebonkliwon ada sejak tahun 80-an, namun saat itu tergantung pada tengkulak, sehingga tidak berkembang. Awal memulai usaha penjualan bibit buah secara online tidak mudah, namun lambat laun Irul mendapat pelanggan. Setelah usahanya berhasil ia mengajak warga berjualan bibit buah secara online, namun hanya 2-3 orang yang tertarik. Setelah warga yang mengikuti jejak Irul berhasil, warga berbondong-bondong berjualan bibit buah secara online. Kini hampir semua warga Kebonkliwon berjualan bibit buah secara online dan diikuti warga desa di Kecamatan Salaman. Dengan berjualan secara online, permintaan buah datang dari seluruh Indonesia. Setiap bulan, puluhan ribu bibit buah terjual dan memberi kesejahteraan pada warga. Kini Irul sedang membangun pusat pelatihan pertanian, perikanan dan peternakan.

Kick Andy Show

Kepakan Tangguh dari Lereng Merapi Menembus Krisis Pandemi

Wisnu Cipto

Kepakan Tangguh dari Lereng Merapi Menembus Krisis Pandemi

Perajin bambu Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengerjakan produk panel bambu wulung untuk pasar ekspor. (ANT/HO-Muh. Khoirul Soleh)

sekolah bambu magelang

LAHAN 1,2 hektare itu semula hanya berupa pepohonan bambu di tengah kampung Krandan, Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng). Kini disulap jadi tempat wisata edukasi dengan target akhir tahun ini rampung dikerjakan. Semua itu kuncinya tak lepas dari kolaborasi dan jejaring para seniman dan tokoh lokal dari lereng Gunung Merapi.

Berawal ketika seniman Ismanto ikut menyurvei lokasi dan mengusulkan ide “Sekolah Bambu“. Begitu juga seniman lainnya Sujono Keron turut menyumbang ide karya 100 sosok wayang dari galvalum untuk instalasi gapura setinggi 4,5 sentimeter dan panjang sembilan meter.

Tokoh lainnya Muh Khoirul Soleh alias Irul, bersama sejumlah kawan, seperti Agus Daryanto dan Risna Yuniarwan, menggandeng Kelompok Usaha Bersama (KUB) Dadi Berkah di Dusun Krandan, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman. Mereka teringat jejaring usaha dengan kawan di Klaten yang menggeluti pengolahan bambu untuk mewujudkan Sekolah Bambu dalam format wisata edukasi.

Irul, alumnus Program Studi Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang, selama ini juga mengelola usaha mandiri berupa pembibitan aneka tanaman, terutama buah-buahan, dengan pasaran merambah berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, warga setempat memiliki usaha pembibitan tanaman buah di lahan dan pekarangan.

Di dekat rumahnya di Kampung Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, dia dan kawan-kawannya selama empat bulan terakhir juga bergelut dengan produksi panel bambu wulung untuk ekspor, antara lain ke Australia dan beberapa negara di Eropa.

Pengiriman produknya dalam format jejaring dengan pelaku usaha di Bantul, Yogyakarta. Seminggu bisa satu atau dua kali pengiriman. Sekali pengiriman 300-an produk panel dengan nilai Rp11 juta-Rp13 juta. Setiap panel berukuran 90×180 sentimeter. Usaha panel bambu menyerap 25 tenaga kerja, terutama warga setempat.

Kawan-kawan jejaringnya selama ini juga meminta dukungan survei lokasi di Magelang untuk mengembangkan investasi. Salah satunya, seorang kepala desa di Bandongan, Kabupaten Magelang memanfaatkan tanah desa 9.000 meter persegi untuk usaha ekonomi warga, berupa agrowisata desa dengan latar belakang Gunung Tidar Kota Magelang.

“Di sana rencananya tanam cokelat, durian, dan alpukat, kami tawarkan dari proses hulu hingga hilir, warga antusias,” kata dia, dikutip dari Antara, Kamis (10/8).

Kendel karo telaten Sejumlah tukang mengerjakan salah satu calon wahana wisata edukasi di Dusun Krandan, Desa Kebonrejo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah untuk prospek usaha ekonomi warga pascapandemi COVID-19, Selasa (6/10/2020). (ANTARA/Hari Atmoko)

Bagi Irul, kewirausahaan dijalani tidak mulus-mulus saja. Dia pernah gagal dalam sejumlah usaha, seperti peternakan kelinci dan ayam. Ia juga merasa tidak betah menjadi pegawai kantoran setelah mengalaminya sebagai staf di bengkel kendaraan bermotor berjejaring nasional.

Pandemi COVID-19 diakui menjadikan perlambatan usahanya, terutama karena distribusi mengalami penurunan. Ia tidak patah semangat. Asam-garam menghidupi usaha mandiri sering dihadapi Irul sehingga tetap eksis, bahkan di tengah pandemi.

“Optimisme itu harus, tanpa itu tidak jalan. Justru karena pandemi kami menyiapkan diri berlari kencang setelah pandemi berakhir,” ujar Agus yang bersama Irul siang itu berada di calon lokasi wisata edukasi.

Agus menambahkan sejumlah sosok pelaku usaha jejaringnya bersama Irul di sejumlah kota di Indonesia yang sama-sama tangguh, bisa dipercaya, saling terhubung, dan selalu berbagi informasi di tengah pandemi. “Seakan-akan nekat, tetapi juga berhitung, apalagi sekarang pandemi,” ujar seniman batik itu.

Ketangguhan tim Irul diakui seniman Ismanto dengan ungkapan berbahasa Jawa, Kendel, sak jane karo yo kendel spekulasi. Tur yo telaten (Berani, harus berani berspekulasi, tetapi juga harus teliti).

Mereka pun menyiapkan konsep pengelolaan usaha, konsultan, kerja sama pengelolaan tahun jamak, sebatas survei lokasi, maupun sekadar berbagi ide dan informasi. Persaingan dengan usaha serupa apalagi posisinya dekat Candi Borobudur juga tak luput dari hitung-hitungan mereka.

Lokasi wisata edukasi di Krandan itu akan dilengkapi sejumlah wahana, seperti areal parkir, internet, kolam renang, resto, tempat bermain, panggung pertunjukan di pinggir Kali Tangsi, home stay, dan pengolahan ipal.

Jangan Tergantung PemerintahPresiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR 2020. (Foto: Antara)

Kesibukan Irul dan kawan-kawan serta jejaringnya di tengah pandemi, terkesan tidak membikin repot pemerintah menggulirkan program-programnya. Mereka seakan berjalan mandiri dengan ketangguhan, optimisme, dan menjelimet berpikir serta berhitung, menyongsong kehidupan ekonomi moncer pascapandemi.

Barangkali, pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD Tahun 2020, menjelang puncak HUT Ke-75 RI yang jatuh 17 Agustus lalu, tentang “membajak momentum” mendapatkan seberkas wujud dari orang-orang tangguh, seperti Irul, kawan-kawan, dan jejaring usahanya.

Ketika itu, Presiden menegaskan pandemi sekarang ini menjadi waktu tepat untuk membajak momentum krisis agar bisa melakukan berbagai lompatan besar, termasuk dalam usaha ekonomi dan investasi. “Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar,” ujar Jokowi kala itu.

Hasil sibuk kerja mandiri mereka saat ini memang belum nampak. Posisi mereka sekarang, sedang sibuk menyiapkan bangunan fisik dan infrastruktur. Dalam sebutan seniman Agus, mereka kini sedang mengepakan sayap membangun “jalan tol”.

Kepakan sayap sosok-sosok tangguh menghadapi berbagai situasi sebagaimana yang digagas Irul, kawan-kawan, dan jejaring usaha ekonominya dalam membajak momentum krisis layak menjadi inspirasi. Mereka menghidupi optimisme bahwa pandemi akan berakhir, dunia belum kiamat, dan langit akan kembali padang, dan perekonomian lebih maju.

Tetapi sayap-sayap itu mesti mulai dikepakkan justru saat pandemi masih mendera. Ketika bumi kehidupan terbebas krisis, mereka bukan lagi siap terbang, tetapi melesat ke angkasa. Tak ada capaian tanpa langkah

In Picture: Tanam Padi Hidroganik di Magelang

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Senin (22/6). Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.
Rep: Wihdan Hidayat Red: Mohamad Amin Madani

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Petani bibit tanaman, Mukhlasin memeriksa tanaman padi hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Salaman, Magelang, Jawa Tengah

Ide menanam padi cara ini dilakukan oleh petani bibit tanaman buah dan hias, Muh Khoirul Soleh . Sistemnya dengan menggunakan hidroganik. Hidroganik ini campuran antara hidroponik dan organik. Tanaman padi ditanam di dalam cup plastik kompos dan sekam bakar, diletakkan di pipa-pipa peralon yang teraliri air dan nutrisi dari sumber air kolam ikan.

Muh Khoirul Soleh, Bikin Terobosan Mengatasi Stres Akibat Corona : Yakni Menanam Padi di Atas Kolam Ikan

“Ini baru dua bulan. Dan ini baru pertama kali jadi belum tahu hasilnya berapa dan kualitasnya seperti apa. Kalau dilihat di YouTube hasilnya bagus,” ucapnya. ( foto/ist)

Kontak Irul Kebonkliwon 085227632222

Magelang – Wabah Covid-19 memaksa semua orang untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Selain membosankan, tentu saja imbauan di rumah saja berdampak terhadap kondisi ekonomi menuju keterpurukan.

Namun Muh Khoirul Soleh, warga Kebonkliwon RT 9 RW 6, Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, punya cara unik mengusir kebosanan akibat work from home.

Rasa bosan di masa pandemi justru menumbuhkan ide kreatif dan inovatif bagi pria yang akrab disapa Mas Irul tersebut.

Lebih dari dua bulan berdiam diri di rumah, Irul, sapaan akrabnya, mulai menggagas ide bertanam padi dengan sistem hidroganik. Yakni menanam padi di media paralon. Menariknya, paralon itu ia taruh berjajar di atas kolam ikan nila merah miliknya.

Ia menceritakan, dunia pertanian sudah lama digelutinya. Apalagi orang tuanya memiliki usaha jual-beli bibit tanaman buah. Meski otodidak, keahliannya di bidang pertanian membawanya sukses menjadi mentor di sejumlah daerah di Indonesia.

“Biasanya saya mengisi workshop, pelatihan sekaligus pembinaan pertanian sampai di Sumatera, Kalimantan dan daerah lainnya. Tapi sejak pandemi, saya di rumah saja,” ujar Irul

Akhirnya, daya kreatifnya menciptakan inovasi tanam padi sistem hidroganik. Kolam ikan nila yang biasanya sebagai sumber air untuk pengairan bibit tanaman buah, ia manfaatkan untuk bertani padi.

“Awalnya hanya kubangan air buat menyiram bibit. Terus, saya beri ikan, jadi budidaya ikan nila merah. Nah, sekarang di atasnya saya bikin tanam padi,” papar pria kelahiran Magelang, 5 Januari 1975.

Sistem hidroganik tersebut, menurutnya, tidak banyak memakan lahan dan biaya yang mahal. Apalagi, kotoran ikan nila secara otomatis menjadi pupuk organik yang terserap akar padi.

“Jadi, padi itu saya tanam di paralon memanjang. Untuk mengairi saya memakai pompa air akuarium berkapasitas 90 Watt. Air yang tersedot saya alirkan ke pipa tanaman padi, sehingga kotoran ikan otomatis menjadi pupuk. Dan, airnya itu mengalir kembali ke kolam, tapi sudah bersih karena tersaring akar. Ya, sistemnya mirip akuarium,” ungkap Irul.

Saat ini, ia masih belum bisa memastikan berapa berat dan kualitas padi yang dihasilkan. Namun, ia melihat padi hidroganik yang ditanam di atas kolam seluas 19×5 meter tersebut tumbuh subur.

“Ini baru dua bulan. Dan ini baru pertama kali jadi belum tahu hasilnya berapa dan kualitasnya seperti apa. Kalau dilihat di YouTube hasilnya bagus,” ucapnya.

Irul berpesan kepada masyarakat untuk tetap berinovasi di tengah ancaman Covid-19.

“Jangan menyerah. Kalau kita bisa menghidupi tanaman, kita nantinya juga akan dihidupi oleh tanaman. Bagi yang mau mencoba hidroganik, tidak harus pakai paralon, bisa juga pakai bambu. Intinya kita harus kreatif,” terangnya.

Selain tanaman padi hidroganik, ia juga mengembangkan berbagai tanaman buah. Seperti buah tin, sawo raksasa asal Meksiko, anggur Brazil, sawo Australia, alkesa dan buah unik lainnya.

“Saya memanfaatkan pekarangan rumah menjadi lahan. Tidak sulit, bekerja yang enak dan nyaman saja,” tandasnya. (gon/red)

Irul, Yakinkan Petani Pentingnya Jualan Online

Editor: Agung Purwandono

image

Irul di salah satu kebun bibit tanaman buahnya.

Kontak Irul Kebonkliwon 085227632222

PETANI muda ini pernah tak tenang hidupnya karena ikut trading forex. Pernah mengalami kerugian besar saat 10.000 bibit tanaman tak dibayar oleh pemesannya. Kesuksesannya dimulai saat mulai mengakrabi dunia maya untuk menjual bibit tanaman.

Soal bibit tanaman buah, nama Muh Khoirul Soleh (41) atau akrab dipanggil Irul bukanlah nama yang asing di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Ia dikenal juga sebagai kolektor bibit buah langka dan unggul. Sakin banyaknya ia sendiri sampai lupa jumlahnya.

Petani bibit buah-buahan yang tinggal di Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman ini dikenal sebagai petani yang tak pelit berbagi ilmu. Ia mendorong petani-petani muda untuk akrab dengan teknologi informasi khususnya dalam hal pemasaran bibit buah-buahan.

“Tahun 2010, saya mulai menjual bibit buah-buahan secara online, awalnya tidak ada yang laku, tapi terus didorong oleh salah seorang teman dari Semarang saat itu,” kata Irul saat berbincang dengan KRjogja.com di sela acara syawalan Petani Buah Ting Jateng-DIY, Minggu (24/07/2016). Tak menunggu lama, ia yang semula berjualan dengan cara konvensional mulai memetik hasilnya. Pesanan bibit buah-buah mulai berdatangan apakah melalui facebook, twitter, dan blog yang ia buat.

Keputusannya fokus pada jual beli bibit tanaman khususnya buah sendiri diawali pemikiran sederhana. “Saya ingin tinggal di rumah, bisa melihat anak istri,” katanya. Awalnya ia ikut Multi Level Marketing Irul merasa hidupnya habis dijalan. Ia sendiri mengambil hikmah dari kegagalannya di MLM, mulai dari belajar marketing, mendidik mentalnya menjadi kuat, berani mangambil keputusan dan pantang menyerah. Ia kemudian beralih ke trading forex, namun aktivitas barunya itu membuat ia selalu tegang.

Setelah meninggalkan semua bisnisnya tersebut Irul memilih berjualan bibit. Kebonrejo sejak dirinya kecil memang dikenal sebagai penyedia bibit tanaman terutama buah-buahan. Petani bibit awalnya menanam bibit langsung ditanah. Baru setelah laku, bibit tersebut dipindah ke pot. Adanya polybag mengubah kebiasaan petani dengan langsung menanamnya disitu.

Diajari Pembeli

Irul menceritakan salah satu pembeli pertamanya setelah memasarkan melalui media online datang dari Medan. Ia belum punya pengalaman mengirim bibit ke luar kota apalagi luar pulau. Pelanggan itulah yang kemudian mengajari dia untuk menggunakan jasa kirim. “Tapi ternyata packing saya salah, saya belajar lagi bagaimana packing yang baik untuk keluar pulau. Banyaknya pesananan membuat saya kewalahan sehingga sekarang packing saya serahkan ke tetangga disini,” kata Irul ayah dari dua putra ini.

Pengalaman jual beli bibit secara online bukannya tanpa kendala. Ia pernah mengirimkan 10.000 bibit tanaman ke sebuah daerah, karena percaya, Irul saat itu langsung mengirimkan bibit pesanan. Nyatanya ia cuma dibayar ongkos transportasi.

“Saya ambil hikmahnya, saat saya datang ke rumah pembeli untuk menagih, justru saya iba, karena rumahnya masih gedhek, berlantai tanah. Saya tidak jadi menagih, malah saya sangoni anaknya. Tapi setelah kejadian itu saya dapat gantinya karena mendapat pesanan yang tidak kalah banyaknya,” kata ujar bapak dari dua putra ini.

Kemudahan yang diberikan dalam berbisnis secara online mendorong Irul untuk mengajak petani-petani bibit di wilayah Kebonrejo. Namun ajakan mengakrabi teknologi informasi itu ditanggapi dingin. Mereka lebih memilih cara konvensional menunggu pembeli datang. Ia kemudian mendekati anak-anak muda di kampungnya untuk menjual secara online. Ia jelaskan modalnya cuma handphone dan internet. Namun tanggapan tidak jauh berbeda juga didapatnya.

Pelan-pelan ajakannya tersebut ditanggapi anak muda di kampungnya setelah ditunjukan hasilnya. “Sekarang justru sulit untuk cari anak muda yang mau untuk membuat bibit di sawah, mereka rata-rata lebih suka memasarkan saja melalui online,” ujarnya tertawa. Bagaimana tidak menguntungkan, sekali posting di facebook misalnya, bila laku satu saja, jumlah keuntungannya 3 kali lebih besar dibanding upah sehari menjadi buruh tani.

Dengan brand Bibit Buah-buahan Unggul Irul saat ini setidaknya melibatkan 15 orang tenaga kerja, mulai dari petani, packing. Jumlah tersebut belum termasuk mitranya yang memasarkan bibit buah darinya yang ada di berbagai kota. Kepada petani-petani muda lain, ia juga mengajarkan etika dalam berbisnis di media online. Bagaimanapun berbisnis melalui media online adalah kepercayaan. Jangan sampai pelanggan merasa kecewa.

Irul mengatakan kebahagiaan terbesar dari menekuni pertanian khususnya bibit buah-buahan bukanlah materi yang ia dapat. Namun bagaimana semakin banyak anak muda yang tertarik di pertanian, meski itu dari sisi pemasarannya. Ia melihat di kampungnya anak muda tidak lagi nongkrong tanpa pekerjaan. Kalaupun mereka nongkrong karena sedang menjual bibit buah melalui handphonenya. Lebih dari itu ia seperti mendapatkan keluarga-keluarga baru.

Zainal Faiz (29) pemilik usaha Pembibitan Pangestu Tani mengakui, sosok Irul menjadi motivator bagi anak-anak muda di Kebonrejo dan Kebonkliwon khususnya. Ia melihat, Irul tidak lelah untuk mendorong anak-anak muda untuk belajar memasarkan produk pertanian melalui online.

“Saya sendiri awalnya adalah seorang guru honorer yang sudah bekerja 8 tahun atau sejak masih kuliah. Sekarang saya sudah bisa memproduksi ribuan bibit buah-buahan. Kesuksesan mas Irul mendorong anak muda untuk terjun di dunia pertanian,” kata Zainal Faiz yang selain menjual bibit buah-buahan seperti durian dan kelengkeng juga tengah mengebunkan buah ara atau pohon tin di daerah Ketep Magelang. (Apw)

Irul kebonkliwon adalah panggilannya nama lengkap Muh Khoirul Soleh yang berasal dari Kebonkliwon sebagai praktisi pertanian tanaman buah sepesialis di durian

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai