Saya mengenalnya pertama kali 5 tahun yang lalu. Saat itu bersama pekebun buah tin di Yogya, kami mendatangi rumahnya di Dusun Kebonkliwon, Kelurahan Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Bisa dikatakan, sosoknya yang memberi warna pada dusunnya menjadi seperti sekarang ini. Dikenal sebagai sentra bibit buah dan tanaman di seluruh Indonesia.
Ketika saya menghubunginya, Minggu (28/3/2021) yang pertama saya tanyakan bagaimana kabar pohon durian Musang King di rumahnya. Tentu saja ini bercanda. Saya bertanya tentang kondisinya dan keluarganya. Juga bertanya, kapan wawancaranya dengan Andi F Noya di acara Kick Andy akan tayang di Metro TV.
Terakhir saya jumpa darat dengan Muh Khoirul Saleh atau akrab dipanggil Irul ini tiga tahun lalu. Karena lekatnya dia dengan nama dusunnya, laki-laki yanglahir 5 Januari 1975 ini juga dikenal dengan nama Irul Kebonkliwon.
“Sudah habis. Kemarin juga ada yang duri hitam, koe ra rene,” jawabnya tertawa ketika saya tanya kabar durian Musang King di kebunnya. Setahun lalu, situasi pandemi membuat saya tidak berani kemana-mana. Tiga tahun lalu ia menunjukan pohon durian Musang King yang usianya baru tiga tahun di kebunnya sedang belajar berbuah. Durian khas Malaysia yang karena enaknya dihargai selangit itu, oleh petani-petani Kebonkliwon berhasil diperbanyak dengan mudah.
Saya hakul yakin, bibit-bibit durian yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia itu sebagian berasal dari kampung ini. Petani di Kebonkliwon sangat hebat dalam melakukan okulasi. Okulasi adalah peningkatan kualitas mutu tanaman dengan cara menempelkan kulit pohon dengan mata tunas ke pohon yang lain. Hasilnya, tanaman yang memiliki perpaduan sifat unggul serta cepat berbuah.
Soal kehebatan petani di Kebonkliwon dalam melakukan okulasi itu saya punya cerita. Sekitar lima tahun lalu, demam buah tin atau juga disebut buah ara, ‘kelas ningrat’ alias yang berharga mahal sedang banyak peminatnya. Petani di Kebonkliwon mengimpor batang atau ranting pohon tin yang panjangnya tak lebih dari 10 cm, dengan 3-5 mata tunas. Impornya pun dari negara-negara empat musim di Eropa, misalnya Spanyol.
Tentu saja harganya jutaan rupiah. Sampai di Kebonkliwon, mata tunas yang ada kemudian di tempel di pohon tin kelas ‘jelata’ yang harganya puluhan ribu rupiah. Dan ketika tunas tersebut tumbuh menjadi tanaman baru, maka akan mewarisi gen ‘kelas ningrat’. Harga jualnya juga menjadi berkali lipat dari yang jenis kelas rakyat jelata.
Saya ada guyonan, ibaratnya ada ranting tanaman langka yang patah lantas jatuh di depan orang-orang Kebonkliwon, tidak berapa lama tanaman itu akan menjadi banyak.
“Minimal di sini tiap orang sehari bisa melakukan 200-an okulasi, kalau yang sudah ahli bisa melakukan 500 okulasi setiap hari,” kata Irul waktu itu.
Sekarang, sentra penjualan bibit tanaman tidak lagi hanya di Kebonkliwon saja tapi meluas se-kecamatan Salaman, Magelang. Ini tidak lepas dari sentuhan Irul yang mengenalkan jualan online ke masyarakat Kebonkliwon.
Berawal tahun 2010
Tahun 2010 adalah titik balik kehidupan Irul dalam memulai bisnis tanaman. Waktu itu, Irul merasa hidupnya tidak tenang. Waktunya habis di jalan karena ikut multi level marketing (MLM). Ia pindah haluan dengan mencoba trading forex. Tapi hati suami dari Dewi Eliyana dan ayah Habibul Haq Kadvi, Nayla Bilqis maritza’adah dan Shaqila Almahira Padmasari justru selalu tegang. Hidupnya tidak tenang.
Ketika pulang ke kampung halamannya di Kebonkliwon ia melihat potensi jual beli bibit tanaman yang sudah ada sejak ia kecil. Saat itulah ia berpikir untuk membuka usaha yang memungkinkan ia bisa bertemu dengan anak istrinya setiap hari, sekaligus memberikan ketenangan batin.

Awalnya ia berjualan bibit secara konvensional. Kemudian seorang kawan di Semarang mengenalkannya jualan online melalui media sosial terutama Facebook, Twitter serta melalui blog. Irul membutuhkan waktu 6 bulan sampai kemudian ada yang membeli bibit tanamannya. “Saya ingat, itu bulan November 2010, ada 10 bibit buah yang terjual,” kata Irul.
Irul belajar terus bagaimana agar jualan lewat online bisa efektif. Saat itu, hanya dia di Kebonkliwon yang jualan memanfaatkan media sosial. Pesanan kian laris dari berbagai daerah. Namun, ia juga pernah ditipu oleh pembeli. Sebanyak 10 ribu bibit tanaman tidak dibayar oleh pembeli, yang dibayar ongkos transportasinya saja.
Bermaksud menyelesaikan masalah tersebut, Irul mendatangi rumah pembeli yang ada di luar kota. Namun, ia terkejut karena rumah pembeli bibit tanamannya memprihatinkan. Ia tidak jadi menagih, justru memberikan uang saku untuk anak orang yang menipunya itu.
Melihat potensi jualan online yang menggiurkan, Irul kemudian mengajak anak muda di kampungnya belajar jualan online. Ia melihat anak-anak muda cuma nongkrong di pos ronda. Awalnya sangat sulit. “Mereka lebih suka kerja harian di sawah, karena langsung dapat bayaran, sementara jualan lewat online belum tentu laku,” katanya.
Dengan sabar, Irul membimbing teman-temannya. Ia cuma meminta mereka memotret bibit tanaman. Lewat akun facebooknya, foto bibit buah itu ia tawarkan. Ternyata langsung laku. Mulai dari situ, anak-anak muda di tempat itu tertarik untuk jualan online. Sekarang masih banyak orang-orang di Kebonkliwon yang nongkrong sambil pegang hape. Namun, mereka bukan sedang main game, tapi sedang menawarkan jualannya.
“Sekarang malah sulit cari tenaga di sawah untuk menyiapkan bibit tanaman karena kebanyakan mereka milih jualan online,” kata Irul tertawa. Demam jualan online bibit tanaman itu bukan hanya terjadi di Kebonkliwon, sekarang menjalar ke seluruh Kecamatan Salaman yang terdiri 20 desa. Tiga tahun lalu, Irul mendata, di Kebonkliwon ada 100 orang yang berjualan secara mandiri. Jika digabung dengan dusun-dusun sekitarnya ada 200 penjual. Maka sekarang ia memastikan jumlah orang yang jualan bibit tanaman lewat online berkali lipat.
Para penjual tanaman itu, tidak perlu repot-repot datang ke tempat ekspedisi untuk mengantar tanaman. Justru berbagai jasa ekpedisi yang datang menjemput tanaman yang akan dikirim. Penjual tanaman berasal dari beragam usia. Saya melihat misalnya seorang ibu yang menenteng dua tanaman buah di kedua tangannya membawanya ke tempat packing sekaligus tempat ekspedisi mengambil tanaman.
“Sekarang bahkan ekspedisi datang dengan truk dan mengantar hanya ke satu daerah, misalnya ada truk yang langsung mengantar ke, Jambi, Jawa Barat, Medan, ke satu daerah saja, karena pesanan ke daerah itu memang banyak,” kata Irul. Salah satu kenaikan taraf hidup masyarakat di Kebonkliwon terlihat saat belum pandemi Covid 19. Irul dan teman-temannya banyak menggelar kegiatan yang berhubungan dengan tradisi. Biayanya didapatkan dari gorong royong penjual bibit tanaman di kampungnya.
Coba tanaman vanili dan tanaman padi di paralon
Awal-awal pandemi, Irul sempat membuat heboh karena ia menanam padi dengan metode yang hidroganik , yaitu perpaduan hidroponik dan tanpa bahan kimia, atau organik di atas kolam ikannya. Kolam itu sebenarnya untuk menampung air yang digunakan untuk menyiram berbagai jenis tanaman di sekitar rumahnya. Hasilnya cukup bagus, sehingga banyak mahasiswa yang datang ke rumahnya untuk belajar.
“Saya hanya ingin menunjukan, jangan sampai kita punya lahan itu kosong, tidak bisa dimanfaatkan,” kata Irul.
Saat ini, Irul tengah merintis program penanaman vanili, tanaman menjalar berbentuk polong, berisi biji harum yang dikeringkan sebagai pengharum makanan. Tanaman ini dijuluki juga dengan emas hijau karena harganya yang mahal. Irul berharap di desa-desa warga menanam tanaman ini di lahan kosong dekat rumahnya. Tanaman ini tidak membutuhkan lahan yang luas. Bisa ditanam di samping rumah, depan rumah, belakang rumah bahkan atap rumah.

Di rumahnya ia sedang membuat kebun percontohan. Bekerjasama dengan instansi pertanian di Magelang, ia tengah menanam 100 bibit. Rencananya dari 100 bibit tersebut akan menghasilkan bibit-bibit yang lebih banyak dan akan dibagikan ke masyarakat di Salaman.
Ia berharap tanaman itu bisa jadi tabungan warga. “Sekilo vanili basah harganya Rp 300 ribu, kalau kering sekilo bisa Rp 6 juta. Orang-orang bisa menanam di kebunnya yang kecil. Kalau panen bisa tidak langsung dijual, tapi disimpan, kalau butuh uang baru dijual,” kata Irul yang belajar vanili dari temannya di Temanggung. Ia ingin suatu hari, Salaman bisa jadi salah satu sentra vanili.
Negara kuat berawal dari desa
Saya bertanya kepada Irul, sebenarnya dengan segala kesuksesan yang sudah didapat, apa yang masih ia cari. Secara pribadi, Irul merasa sudah cukup dari bisnis bibit tanaman buah maupun tanaman langka yang banyak ia koleksi dari rumahnya. Namun ia melihat sesuatu yang lebih luas, nasib desa ke depan. Ia yakin kekuatan negara itu ada di desa. Jika desa kuat, negara pasti kuat. Jika masyarakat di desa punya pendapatan cukup, maka itu menjadi kekuatan ekonomi nasional. “Saat pandemi datang, desa bisa dikatakan tidak terpengaruh sama sekali karena kebanyakan hidup dari pertanian. Permintaan produk pertanian dan peternakan tidak turun,” katanya.
Karenanya ia punya cita-cita, lahan-lahan kosong di manapun sebaiknya ditanami. Kalau ada yang punya lahan kosong, tanah itu bisa dipasrahkan ke tetangga atau teman untuk diolah sehingga tetap memberikan pendapatan dan bermanfaat.
Ia sendiri sudah memulai dengan mengajak orang-orang yang punya lahan kosong dikerjasamakan dengan sharing profit. Irul dan teman-temanya yang sudah berpengalaman akan menggarap lahan tersebut sehingga bisa memberikan tambahan pendapat kepada pemilik lahan. Saat ini sudah ada beberapa desa yang melakukan kerjasama dengan Irul. Seperti yang ia kemukakan, ia berharap negara kuat karena desa yang siap dan kuat
Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak suka dengan durian? Banyak orang menyukai buah yang identik dengan kulit berduri ini, termasuk Marcell Siahaan. Penyanyi single “Firasat” ini, dikenal sangat menggemari buah durian. Kegemarannya memakan buah ini ia tunjukkan melalui akun Instagram pribadinya, Rabu (31/8/2016). Penyanyi Marcell
Dalam unggahannya, Marcell Siahaan menunjukkan dirinya yang tengah melahap buah durian berjenis Musang King. Dengan ditemani hujan deras yang mengguyur Tampines Town, Singapura, Marcell Siahaan terlihat sangat menikmati duriannya. Marcell Siahaan Tak Ajarkan Pendidikan Agama kepada Anak
“Durian MUSANG KING ini KURANG AJAR ENAKNYA. Gilak. Parah,” tulis Marcell Siahaan dalam keterangan video yang berdurasi kurang lebih 30 detik tersebut. Durian yang disuguhkan tampaknya memang begitu lezat. Hal itu ditunjukkan lewat ekspresi merem melek Marcell Siahaan begitu daging buah berwarna kuning itu menyentuh indra perasanya. Hal ini, membuat netizen ikut menitikan air liur. Tak sedikit dari netizen yang sehabis menonton videonya, ngiler membayangkan kenikmatan durian yang dimakan suami dari Rima Melati ini. “Bikin ngileerr..,” tulis akun @marshandabutet. Dan, akun lain menulis, “gilak kau bang @marcellsiahaans liat kau makan bikin ngences pulak aku bah……”
Festival ini kami manfaatkan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas untuk menanami pekarangan dengan berbagai pepohonanMagelang (ANTARA News) – Komunitas Kebonkliwon mengampanyekan gerakan penghijauan kepada masyarakat saat puncak Festival Lima Gunung XVII/2018 di Dusun Wonolelo, Desa Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu.
Dalam kampanye itu mereka membagikan sekitar 500 bibit berbagai pohon kepada warga yang menyaksikan Festival Lima Gunung, yang diselenggarakan secara swadaya para seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang.
Komunitas yang dipimpin Muh Khoirul Soleh dari Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang itu, juga membuat instalasi gunungan dengan sejumlah bibit pohon untuk diikutkan dalam kirab budaya para seniman dari perkampungan dusun setempat hingga panggung pementasan di areal persawahan setempat.
Secara simbolis Khoirul memberikan bibit pohon kepada sejumlah warga di atas panggung yang di sekelilingnya dipadati para penonton, antara lain warga setempat, para seniman, pemerhati budaya, dan tamu dari luar kota.
Anggota seniman komunitasnya dengan kesenian bernama “Padmasari” dan “Gupolo Kebon” itu kemudian membagi-bagikan secara gratis berbagai bibit pepohonan kepada warga dan penonton festival untuk ditanam di pekarangan masing-masing.
“Festival ini kami manfaatkan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas untuk menanami pekarangan dengan berbagai pepohonan. Bumi makin panas. Kami tidak ingin budaya menanam makin pudar,” ujar Khoirul yang bersama komunitasnya sebagai bagian dari Komunitas Lima Gunung itu.
Berbagai bibit pohon yang dibagikan kepada warga itu, antara lain jambu, durian, jeruk, mangga, cerry, alpukat, bidara, kelengkeng, kelapa, sawo, sirkaya, matoa, murbei, sirsat, kacang amazon, buah ajaib, dan anggur brazil.
“Ada 500-an bibit,” ujar dia.
Peluncuran Buku
Puncak festival (10-12 Agustus 2018) selain ditandai dengan berbagai pementasan kesenian oleh Komunitas Lima Gunung dan berbagai jejaringnya di Magelang dan sekitarnya, serta sejumlah kota di Indonesia, juga diisi dengan peluncuran buku kumpulan penyair yang juga pegiat Komunitas Lima Gunung Haris Kertorahardjo dengan judul “Matematika: Pinter-Pinter=Goblok”
Buku kumpulan puisi tersebut juga dibawa seorang seniman komunitas menggunakan baki, ikut dalam kirab budaya. Di panggung pementasan, Haris secara simbolis memberikan buku tersebut kepada sejumlah penonton.
Haris yang juga salah satu murid kepenyairan W.S. Rendra itu juga membacakan salah satu puisinya pada acara puncak festival tersebut. Buku puisi tersebut berisi sekitar 60 puisi karyanya yang dibuat sejak 2003 hingga 2017. “Ini menjadi kesempatan yang istimewa untuk peluncuran buku puisi saya ini,” ujarnya.
Irul Kebonkliwon Kembangkan Wisata Edukasi Pelatihan Tanam Aneka Buah
Khoirul warga Kebonkliwon, Kebonrejo Salaman, lagi melayani tamu Pak Gubernur Akmil Pak Dudung disela-sela bibit durian di Edu Wisata Kandang Ciblon Papringan
Masyarakat Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo Salaman Kabupaten Magelang, mengembangkan Edu Wisata Kandang Ciblon Papringan. Sebuah destinasi wisata baru dengan mengandalkan kekayaan sumber daya alam Kecamatan Salaman.
Pelopor bibit online Kebinkliwon Kebonrejo Salaman, Muh Khoirul Soleh mengatakan salah satu program dalam destinasi tersebut adalah pendampingan dan pelatihan bercocok tanam buah-buahan.
Kecamatan Salaman sudah dikenal oleh masyarakat sebagai penyedia aneka macam bibit pohon, termasuk bibit pohon buah.
“Hal itu yang masyarakat kembangkan melalui pelatihan dan pendampingan menanam bibit pohon buah,” terang Khoirul, Senin (25/1/2021).
Edu Wisata Kandang Ciblon Papringan merupakan kelompok usaha bersama dari masyarakat. Berangkat dari tahun 1980 an dengan memulai pembibitan tanaman buah, kemudian pada tahun 2014 mulai berjualan melalui online dan pelatihan.
Konsep pelatihan dan pendampingan secara teknis dimulai dari pemilihan bibit pohon kemudian juga memeriksa tanah calon tempat bibit tersebut ditanam.
“Kemudian baru dilaksanakan pendampingan hingga pohon tersebut berbuah. Termasuk ada garansi untuk bibit pohon yang mati sebelum berbuah,” ungkap Irul Kebonkliwon.
Khoirul menerangkan, selain itu bagi pembeli bibit pohon yang ingin menanam pohon dalam skala besar, pihaknya juga bisa menghitungkan Break Event Point (BEP) nya.
“Kami bisa menghitungkan BEP, dari mulai tanam hingga berbuah, sehingga diketahui kapan bisa balik modal. Hal itu akan membuat pembeli bibit bisa mengetahui keuntungan yang didapat, ditambah untuk bibit yang mati akan kami ganti karena bergaransi,” imbuhnya.
Khoirul menambahkan, dengan konsep demikian harapannya akan dapat memberikan edukasi kepada pengunjung bahwa menanam pohon buah itu mudah, dan tentunya berpotensi menjadi sumber penghasilan tambahan.
“Pengunjung yang awalnya ragu untuk bercocok tanam, jadi lebih mantap setelah ada pendampingan. Program ini selain mengedukasi juga mengajak masyarakat bertanam pohon buah,” jelas Khoirul
Selain itu, menurutnya, beragam bibit pohon buah tersedia, termasuk bibit pohon buah yang unik, diantaranya Mamey Sapote sejenis sawo, atau Buah Miracle dari Afrika segala macam jenis buah.
“Tidak hanya bibit pohon buah pada umumnya tetapi juga bibit buah yang unik,” pungkas Khoirul.
MUNGKID—Komunitas Online Bibit dan Buah Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, kemarin, menggelar Festival Kebonkliwon. Kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya ini, menyampaikan pesan untuk peduli alam. Dalam sambutan Muh Khoitul Soleh sebagai ketua prnyelengara Festival Kebonkliwon
Kegiatan bertema Kebonkliwon Nyawiji Wiji ini diawali dengan prosesi kirab budaya. Warga keliling kampung sambil membawa bibit tanaman unggul, nasi tumpeng beserta ingkung, serta gunungan buah dan sayur-sayuran.
Kirab keliling kampung, diiringi kesenian tradisional dan terbangan. Setelah itu, nasi tumpeng dimakan bareng-bareng oleh warga. Bupati Magelang Zaenal Arifin S.IP menyatakan, kegiatan pameran bibit dan buah yang diselenggarakan oleh warga Dusun Kebonkliwon, merupakan langkah konkret mengikuti perkembangan teknologi. Melalui pemasaran online hasil pembibitan, telah berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
“Selama ini telah cukup sukses berbisnis bibit dan buah dengan cara online. Warga kami minta tetap menjaga kepercayaan pelanggan, mengutamakan kejujuran, mengedepankan kualitas barang dan jasa yang dijual, serta terus berkreasi dan berinovasi supaya bisnis yang telah dijalankan selama ini, bisa terus berkembang,” pesan Bupati Zaenal. Bupati Zaenal mewanti-wanti warga untuk tidak melakukan bisnis dengan tidak jujur serta mengecewakan pelanggan, hanya demi keuntungan sesaat.
Adapun kirab budaya sendiri, sudah menjadi tradisi turun-temurun. Selain untuk memeriahkan Tahun Baru Islam 1439 Hijriah, kirab budaya bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, karena telah memberikan karunia berupa keselamatan dan kesejahteraan hidup masyarakat, serta rezeki melalui alam, air, buah dan tanaman. “Kirab dapat dijadikan wahana pemersatu antarwarga, sekaligus sebagai sarana pelestarian budaya yang berakar dari budaya Jawa yang adi luhung,” pungkas Bupati Zaenal Arifin. (vie/isk)
Festival Kebonkliwon Nyawiji Wiji di Salaman Magelang
Tribratanews.jateng.polri.go.id, Magelang – Bupati Magelang telah membuka Festival Kebonkliwon Nyawiji Wiji, Di Dusun Kebonkliwon, Kebonrejo Salaman Magelang, Senin,( 2/10)
“ Irul Kebonkliwon mengatakan bahwa Festival ini akan dilangsungkan selama sembilan hari hingga tanggal (11/10) dengan Maksud untuk meningkatkan ekonomi masyarakat kebonkliwon yang berbasiskan pembibitan buah2an “ dan selama sebelas hari ini akan diadakan beberapa kegiatan berupa Pentas Kesenian Tradisonal, Pelatihan Pembibitan, Bazar, Pameran Tanaman Langka, Pameran Lukisan, dan puncaknya Khataman serta Pengajian akbar ”terang Muh Khoirul Soleh selaku ketua Penyelenggara.
Bupati Magelang Zaenal Arifin SIP dalam sambutannya antara lain menyampaikan “ Terimakasih dengan ide kreatif masyarakat kebonkliwon dengan menyelenggarakan acara ini dan mengapresiasi penuh kegiatan ini serta akan membantu supaya pembibitan di kebonkliwon bertambah maju dan dikenal dimana mana “, pungkasnya.
Peresmian dengan di tandai dengan pelepasan Burung merpati dan dihadiri Gubernur Jawa Tengah yang diwakili oleh kepala BP2MP Sutego, Kepala Humas dan Protokol Kabupaten agelang Purwanto serta Forkompimda Kecamatan Salaman.
Selama berlangsungya kegiatan telah mendapatkan pengamanan personil Polsek Salaman dipimpin oleh Kapolsek AKP H Busro SH.
MUNGKID – Masyarakat Dusun Kebonkliwon, Kebonrejo, Salaman, membagikan 1.000 bibit berbagai jenis tanaman dalam Festival Kebonkliwon yang diprakarsai Irul Kebonkliwon pemuda setempat. Pembagian bibit pohon untuk menggalakkan program konservasi dan penghijauan di sekitar Magelang.
Sebagian besar warga Kebonkliwon berprofesi sebagai petani, dengan memproduksi berbagai bibit tanaman. Mereka memiliki cara tersendiri untuk menyambut tahun baru Hijriah ini. “Ini sekaligus menyikapi pemanasan global dengan cara penghijauan,” jelas Ketua Panitia Muh Khoirul Soleh kemarin (2/10).
Di Dusun Kebonkliwon terdapat sekitar 350 kepala keluarga, 80 persennya memproduksi bibit berbagai tanaman. Mulai buah-buahan, tanaman langka, unik, dan lainnya. Harga setiap bibit bervariasi, Rp 30 ribu sampai ratusan ribu rupiah.
Bibit tanaman karya warga sudah dikirimkan ke berbagai daerah di nusantara. Mulai Aceh hingga Papua. Bahkan ada juga yang sudah melirik dari luar negeri, seperti Malaysia, India, Belanda, dan lain sebagainya.
“Secara religi, pembagian bibit ini diharapkan dapat keberkahan. Tanaman bibit tumbuh dan nantinya bisa berbuah yang menikmati hasilnya orang lain,” jelasnya.
Sebelum dibagikan kepada pengunjung, bibit berbagai tanaman dikirab keliling dusun terlebih dahulu. Mereka yang membawa bibit dari kalangan muda hingga orang tua. Selain kirab bibit, warga juga memamerkan ide kreativitasnya selama perjalanan.
Pemprov Jateng sendiri memberikan perhatian khusus terhadap acara ini. Meski sebagian besar masyarakat memandang menggelar acara pada bulan Suro itu sakral, Dusun Kebonkliwon justru mampu menggelar acara kreatif dan inovatif.
“Membalikkan pandangan dengan menggelar berbagai event hingga sepekan ke depan,” jelas Sutego, perwakilan dari Pemprov Jateng saat membacakan sambutan gubernur. (ady/laz/ong)
Salaman,(magelang.sorot.co)–Muh Khoirul Soleh (34) warga Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Magelang, berinisiatif meningkatkan kesejahteraan kampungnya melalui sistem marketing pemasaran bibit tanaman secara online. Hal tersebut menyusul latar belakang sebagian besar warga di kampungnya merupakan seorang petani bibit tanaman dan buah.
“Inisiatif saya timbul saat mengetahui para tengkulak membeli bibit tanaman kepada warga Dusun Kebonkliwon dengan harga yang sangat murah. Akhirnya saya mencoba memasarkan via online dengan harga yang lebih baik,” ungkapnya, Selasa (03/10/2017).
Kendati demikian, inisiatif Khoirul sempat kurang mendapatkan respon positif dari para petani bibit tanaman di kampungnya. Warga setempat masih tetap bersikeras menjual bibit tanaman kepada tengkulak meski sudah diajarkan memasarkan bibit tanaman secara online.
“Setelah beberapa bulan saya praktek sendiri memasarkan bibit tanaman secara online dan membuahkan hasil yang lebih maksimal, tahun 2013 warga mulai ikut memasarkan secara online,” tandas dia.
Adapun wilayah pemasaran bibit tanaman dan buah dari warga Dusun Kebonkliwon saat ini meliputi Kalimantan, Palangkaraya, Sumatera, India, Malaysia, dan Taiwan.
“Saya berharap para pengusaha bibit tanaman dan buah di Dusun Kebonkliwon ini untuk tetap menjaga kepercayaan pelanggan demi terciptanya peningkatan taraf hidup,” pungkasnya.
Krandan Ciblon Papringan Ikon Wisata Baru Pertanian
Kunjungan Komisi B DPRD Kendal di AEW Krandan Ciblon Papringan Kebonrejo Salaman Kabupaten Magelang
BERITAMAGELANG.ID – Transformasi budaya dilakukan masyarakat Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Dari sentra pembibitan buah, desa berhawa sejuk itu kini mengembangkan Agro Edu Wisata (AEW) Krandan Ciblon Papringan (KCP).
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Romza Ernawan mengatakan, inisiasi Krandan Ciblon Papringan ini lahir dari mimpi petani milenial pelopornya Muh Khoirul Soleh Desa Kebonrejo. Anggota KCP Kebonrejo adalah para pemuda wirausaha produktif yang selama ini sukses memasarkan aneka bibit tanaman buah melalui jaringan media sosial.
Ditambahkan Romza, keberadaan pemuda yang mau bergerak di sektor pertanian saat ini sangat sedikit. Ciblon atau dalam bahasa Jawa berarti bermain air ini dalam tahap pembangunan kolam renang dan wahana pertanian lainnya. Hal ini merupakan bukti kerja keras dan kerja cerdas kawula muda di sektor pertanian
“KCP ini adalah contoh para pemuda yang mampu mengubah perilaku, pola pikir dan budaya mereka menghadapi revolusi digital,” Kata Romza saat menerima kunjungan Komisi B DPRD Kabupaten Kendal, Jumat (30/4/2021).
Para pemuda ini mampu menangkap peluang ceruk ceruk pasar yang terbuka secara transparan. Tidak terbatas ruang tempat dan waktu. Konsep pasar konvensional akan tergeser oleh pasar digital. Tidak hanya di lokal tapi juga luar negeri.
“Kami sudah banyak mendorong petani milenial di bidang hortikultura, tanaman pangan ternak perkebunan dan sebagainya,” ujar Romza.
Konsep Agro Edu Wisata KCP Kebonrejo ini diciptakan dari lahan terbengkalai menjadi destinasi wisata. Selain sebagai sekolah lapang pertanian, diharapkan juga memberi nilai tambah ekonomi kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
“Tekad semangat cara pandang, cara pikir, perilaku budaya sudah digiring untuk mewujudkan KCP ini. Dinas Pertanian akan terus mendampingi ini,” tegas Romza.
Dalam kunjungan itu, rombongan Komisi B DPRD Kendal juga melihat langsung proses pembibitan, pengemasan dan pembuatan batik daun ecoprint oleh anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kebonrejo.
Batik ecoprint ini motif dan pewarnanya berbahan alami. Daun yang telah digunakan kemudian diolah menjadi pupuk organik.
Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Kendal Dian Alfath mengaku kagum dan salut dengan upaya menyadarkan masyarakat dalam memanfaatkan potensi kekayaan desa mereka. Ada kemandirian ekonomi masyarakat desa.
Irul bercerita tidak itu saja bahwa KCP molai bikin minunan fermentasi buah guna menampung buah ketika panen raya atau over kapasitas sehingga harga akan terkoreksi untuk mengatasi masalah itu dibikinlah minuman fermentasi ini yang bisa disimpan dalam waktu yang lama dengan kata lain semakin lama semakin baik
Menurutnya, proses panjang dan kreatif ini patut menjadi contoh untuk dikembangkan di wilayah lain khususnya di Kendal.
“Paling tidak ilmu dari sini dapat ditiru dan dimodifikasi untuk kemajuan di Kabupaten Kendal,” kata Dian.
Festival, dari bahasa latin berasal dari kata dasar “festa” atau pesta dalam bahasa indonesia. Festival biasanya berarti “pesta besar” atau sebuah acara meriah yang diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Atau juga bisa diartikan dengan hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting atau bersejarah, atau pesta rakyat.
Sering pula disalah artikan dengan kata sayembara atau perlombaan (kompetisi).
Berembuk tentang acara yang diadakan untuk memajukan Kebonkliwon yaitu Agus Daryanto, Zainal Faizin, dan Irul Kebonkliwon kemudian diangkat jadi Festival Kebonkliwon yang berkiblat ke Komunita Lima Gunung saat itu. Dari kata Festival Kebonkliwon itu bisa mengakomodir seluruh kekayaan alam dan kreativitas warga masyarakat Dusun Kebonkliwon, dan Kebonkliwon diambil dari nama Dusun Kebonkliwon itu sendiri. Dan mengunakan logo 3 daun dalam satu tangkai dari desain Mas Agus Daryanto yang melambangkan 3 generasi yaitu:
1. Generasi anak-anak
2. Generasi muda/ dewasa
3. Generasi sesepuh / orang tua
Dengan logo 3 daun dalam satu tangkai berharap kita dari 3 generasi bisa kompak bahu membahu membangun demi kemajuan Dusun Kebonkliwon. Generasi muda yang sebagai pendobrak kemajuan dusun sangat diperlukan yang didukung generasi anak-anak dan restu sesepuh warga Dusun Kebonkliwon.
Generasi muda Dusun Kebonkliwon mayoritas adalah penjual online bibit tanaman buah dalam rangka mengangkat nama Kebonkliwon punya nama baik, dipercaya, terkenal dan punya nilai jual lebih serta nguri-uri budaya maka pemuda dan warga masyarakat mengolah dengan diadakan Festival Kebonkliwon dengan tema “NYAWIJI WIJI” adapun makna dari Nyawiji Fokus dan wiji adalah benih atau biji. Sedangkan makna logo itu adalah daun bodi berarti pengayom, warna biru simbol hubungan dengan sang pencipta dan warna coklat melambangkan hubungan dengan sesama manusia serta warna hijau simbol alam atau kehidupan.
Daun juga berbentuk gunungan sebagai simbol kita tetap ingat jawa nya yang punya filosofi sangat dalam
Kebonkliwon, mengajak warga masyarakat peduli alam dan dengan diadakan acara tersebut agar banyak pengunjung masuk Dusun Kebonkliwon itu salah satu tujuannya. Tujuan lain tak kalah penting adalah bikin anak generasi muda kreatif, semangat belajar, mengaji, dan bisa menambah penghasilan masyarakat. Besar harapannya bisa jadi desa wisata buah unik dan tabulampot
Irul kebonkliwon adalah panggilannya nama lengkap Muh Khoirul Soleh yang berasal dari Kebonkliwon sebagai praktisi pertanian tanaman buah sepesialis di durian